Penulis: Bangdoi Ahada
BANGKA, TRASBERITA.COM — Saat ini Bangsa Indonesia krisis petani. Kondisi ini juga dialami oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Bahkan berdasarkan penelitian Bappenas RI, pada tahun 2063 mendatang, Indonesia akan kehabisan petani.
Pasalnya, berdasarkan penelitian tersebut, pada tahun 2019 lalu saja, Indonesia masih menyisahkan 8% petani dari jumlah penduduk.
“Kondisi ini tidak boleh terjadi. Kami dari Dewan Pengurus Daerah (DPD) Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bangka Belitung, sedang menggalakkan dan mengajak generasi muda untuk mencintai sektor pertanian,“ ungkap Redy Zedira Tama, Ketua DPD Pemuda Tani HKTI Babel, saat menjadi narasumber pada rubrik Rukem (Ruang Kemudi) di Studio BN Radio 90.5 FM, di Jalan Bukit Kuala Kelurahan Matras, Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (16/10/2021).
Dalam acara talkshow yang akrab disebut Ngobrol Asyik BN Radio ini, Redy Zedira Tama tidak sendirian.
Ikut menjadi bintang tamu Shinta Rosita, seorang pehoby bertanam sayur organik dan seorang jenderal bintang dua Mabes TNI, Mayjen TNI Rido Hermawan MSc.
Ngobrol asyik yang dikemas dalam rubrik Rukem kali ini menampilkan Host Bangdoi Ahada, yang mengusung tema Pemuda Bertani, Bertani Itu Muda.
Dijelaskan Redy, sejak empat bulan pengurus DPD Pemuda Tani HKTI Babel dilantik, pihaknya terus mematangkan konsep program jangka pendek, menengah dan jangka panjang DPD Pemuda Tani HKTI Babel.
Sesuai dengan namanya, kata Redy, pihaknya fokus kepada segmen pemuda atau kaum milenial, yang akan disasar untuk bersama-sama menumbuhkan kecintaan terhadap sektor pertanian.
Seiring dengan pembentukkan cabang-cabang di tingkat kabupaten, kecamatan dan hingga desa, Pengurus DPD Pemuda Tani HKTI Babel mulai menggerakkan kaum milenial agar melirik usaha dibidang pertanian.
Tidak saja mengajak menjadi petani langsung, Redy juga mengajak kaum milenial menjadi pengusaha Agroprenuer.
Alasannya, sekarang ini sektor pertanian sangat menjanjikan untuk menjadi pilihan dalam berbinis dan menghasilkan uang.
“Pemuda Tani HKTI Babel mengajak para pemuda kaum milenial untuk menyukai pertanian. Ayo bersama-sama kita bertani. Saat ini kita sebenarnya diuntungkan oleh pemuda kita yang cukup banyak. Namun sayangnya, sedikit sekali dari generasi muda kita memilih pertanian sebagai salah satu alternatif usaha mereka,“ tukas Redy.
Para petani di Bangka Belitung, kata Redy, sekarang ini rata-rata berusia diatas 45 tahun.
Sementara generasi muda lebih tertarik dibidang lain, yang lebih cepat menghasilkan uang dibanding bertani yang membutuhkan waktu lebih lama.
Apalagi saat ini pilihan menambang menjadi pilihan yang menggiurkan, tidak saja kaum milenial, para pekerja dibidang lain juga banyak beralih ke sektor pertambangan. Bukan rahasia lagi, jika banyak petani, nelayan dan pekerja lainnya sekarang beralih ke sektor pertambangan.
“Memang manusiawi sekali. Sekarang ini sektor tambang menjadi pilihan masyarakat dan kaum milenial. Karena pagi bekerja, sore hari sudah bisa mendapatkan uang. Sedangkan jika bertani, maka mereka membutuhkan waktu untuk menghasilkan uang,“ujar Redy.
Menyikapi kondisi inilah, kata Redy, Ia dan seluruh pengurus DPD Pemuda Tani HKTI Babel, bertekad untuk mengajak, mengedukasi dan mendampingi para kaum milenial Babel untuk memilih pertanian sebagai salah satu sektor unggulan dalam berusaha.
Karena itu, kata Redy, pihaknya membuat program bertani jangka pendek, bertani jangka menengah dan bertani jangka panjang. Sehingga, para kaum milenial ini memiliki pilihan sesuai keinginan dan kebutuhan mereka.
“Intinya kita terus menggelorakan gerakan Agroprenuer kepada kaum milenil Bangka Belitung. Saat ini kita juga menjadi offtaker beberap jenis tanaman, sehingga para petani kita bisa bekerjasama dalam hal pemasarannya,“ jelas Redy.
Selain terus mengerakan kecintaan bertani kepada kaum milenial, Redy juga meminta dukungan dari pemerintah, baik sarana dan prasara bertani, maupun regulasi tentang pertanian, sehingga bisa memberikan rasa aman dan nyaman masyarakat dalam membangun sektor pertanian di Bangka Belitung.
Kondisi sekarang ini, kata Redy, jika ingin menjadika pertanian sebagai sektor unggulan dan sektor pilihan masyarakat dan kaum milenial, maka segala sektor pendukung harus mulai disiapkan, termasuk para penyuluh pertanian.
“Penyuluh pertanian juga menjadi salah satu ujung tombak dalam menggerakkan sektor pertanian ini. Kami sebagai organisasi, menjadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah guna membangun sektor pertanian ini. Semoga kedepan kaum milenial kita banyak yang tertarik ikut bertani. Karena bertani itu mudah, asal kawa,“ ucap Redy. (TRAS)