Oleh: Prof. Bustami Rahman
BEBERAPA hari lalu Burhanuddin Muhtadi mengemukakan analisis yang menarik tentang perilaku politik Pilpres yang sekarang sedang berlangsung. Fokus perbincangannya adalah tentang potensi suara pendukung pasangan Ganjar-Mahfud (pasangan no 3) dan Prabowo-Gibran (pasangan no 2).
“Kalau pola seperti ini berlanjut, dimana basis pola pemilih Jokowi di Ganjar pindah ke Pak Prabowo, sementara pemilih Anies tetap atau naik secara landai, maka suara Ganjar dan Pak Prabowo seperti Bejana berhubungan”. (Dikutip dari AntaraNews.com, 29 Nov 2023).
Analisis ini menarik. Mari kita coba menggelandangnya lebih ke tengah lapangan permainan.
Teori Bejana Berhubungan adalah teori fisika dari Archimedes (Abad kedua SM). Apakah boleh (atau bisa) teori fisika digunakan untuk analisis ilmu sosial? Jawabannya sangat boleh dan sangat bisa. Bahkan, salah satu paradigma yang sangat berpengaruh dalam ilmu sosial adalah Paradigma Positivisme. Paradigma Positivisme menggunakan analogisme berpikir biologisme dan fisika untuk menggambarkan dan menerangkan gejala sosial dalam masyarakat.
Oleh karena Burhanuddin Muhtadi (BM) dengan cerdas telah mengemukakan analogi positivisme itu, mari kita telaah lebih jauh tapi singkat bagaimana menerjemahkan mekanisme fisika bejana berhubungan itu ke dalam mekanisme sosial pada fenomena pola pemilih dari ketiga pasangan calon.
Pada teori Bejana Berhubungan, mekanisme cairan dari semua tabung atau bejana harus memenuhi 3 syarat. Jika ketiga syarat ini berlaku, maka mekanisme bejana berhubungan itu berjalan.
Syarat itu adalah, pertama, tidak boleh ada tekanan dari atas tabung. Jika salah satu tabung ditekan dari atas atau ditutup lobangnya, maka keseimbangan berubah. Akibatnya masing masing bejana tidak memiliki kesetaraan atau keseimbangan pasokan cairan.
Kedua, jenis cairan haruslah sama tidak boleh berbeda. Jika berbeda atau tercampur berbagai cairan, akan mungkin kesetaraan atau keseimbangan terganggu.
Ketiga, tidak boleh adanya intervensi benda lain di dalam bejana. Misalnya dipasang pipa kapiler yang bisa mengakibatkan kekacauan pada tekanan dalam bejana sehingga kesetaraan dan keseimbangan akan terganggu.
Nah, bagaimana menerjemahkan ketiga syarat itu ke dalam mekanisme sosial pola pemilih?
Pertama, apakah ada tekanan politik atau tekanan kekuasaan pada sistem dan pemilih? Jika anda jawab ada, maka syarat bejana berhubungan secara sosial tidak bisa berlaku.
Kedua, apakah latar belakang sosial, ideologi, agama, pendidikan, ekonomi di kalangan pemilih sama atau setara? Jika tidak, maka mekanisme dalam bejana berhubungan juga akan terganggu.
Ketiga, apakah ada intervensi di dalam proses pilih memilih selama ini, dari sisi norma peraturan dan etika? Jika ada, maka mekanisme bejana berhubungan akan terkendala dan tidak berlaku.
Jadi kesimpulannya, analisis bejana berhubungan bisa digunakan untuk analogisme, tetapi implementasinya jauh lebih rumit ketimbang mekanisme di dalam Biologi dan Fisika. Silakan untuk selanjutnya anda bertafakur.
(BR)