Cabe Jawa Mulai Jadi Idola di Bangka Belitung, Sekarang Harganya Mencapai Rp 50.000 per Kilogram

Tanaman Cabe Jawa, yang saat ini mulai diminati masyarakat Bangka Belitung. (riduan/tras)

Penulis :rohmad riduan

BANGKATENGAH, TRASBERITA.COM — Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ternyata tidak saja terkenal dengan Muntok White Pepper (lada Putih Muntok).

Bacaan Lainnya

Negeri Serumpun Sebalai ini juga menyimpan segudang rempah-rempah, salah satunya adalah cabe jamu (Java Long Pepper).

Tanaman yang masuk keluarga sirih-sirihan dan masih kerabat dengan tanaman lada dan kemukus tersebut, ternyata hidup subur di bumi Bangka Belitung.

Dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, cabe jamu banyak digunakan sebagai bahan untuk campuran membuat jamu dan campuran minuman pengahangat tubuh lainnya seperti campuran pada minuman teh, kopi, susu dan wedang jahe.

Cabe jamu atau biasa disebut cabe jawa kini banyak dilirik oleh petani, salah satunya adalah “Komunitas Cabe Jawa dan Kapulaga Bangka Belitung”.

Sekarang ini anggota Komunitas Cabe Jawa dan Kapulaga Babel sudah berjumlah 201orang, yang tersebar di 7 kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Komunitas ini didirikan oleh Asep Romli SE pada tahun 2015 silam di Koba Kabupaten Bangka Tengah.

Berkat konsistensi dan tanggungjawabnya terhadap penjaminan pembelian hasil produk, komunitas ini terus eksis hingga sekarang .

Walaupun di tengah perjalanan banyak menemui kendala, Asep Romli tetap gigih memperjuangkan nasib petani Cabe Jawa di Pulau Bangka dan Belitung ini.

Niat mulianya dibuktikan dengan sejauh mata memandang jarak yang ditempuh dan berapapun jumlah Cabe Jawa kering yang dijual petani kepadanya akan tetap ia beli.

“Insya Allah saya akan terus mengembangkan komunitas Cabe Jawa in,” ujar Asep.

Di masa pandemi covid 19, geliat ekonomi disektor pertanian semakin tak menentu, harga cabe jamu kering dihargai 25.000/kilo.

“Tapi sekarang syukur Alhamdulillah sudah mulai merangkak naik dikisaran harga 50.000/kilogram”, tukas Asep.

Diakui Asep, untuk mensosialisasikan tanaman Cabe Jawa ke petani dan kemasyarakat Bangka Belitung cukup variatif, diantaranya metode langsung turun ke petani (door to door), melalui saluran udara (Radio RRI), dan berdialog dengan pemerintah serta dinas terkait untuk menggalakkan pertanian  Cabe Jawa.

Owner CV Sinar Mulia ini terus mengajak anggota komunitas Cabe Jawa untuk membuka  mitra gudang di setiap kecamatan sebagai penampung hasil Cabe Jawa kering, sehingga para petani lebih mudah untuk menjangkaunya.

Para mitra gudang dibekali pedoman tentang cara membuat bibit, cara menanam/merawat Cabe Jawa dan pengeringan (tanpa tangkai,dicelor sebelum jemur,  kering patah) sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) perusahaan yang telah ditetapkan.

Tempat menanam cabe jawa ini cukup unik, bisa dilahan terbuka yang dinaungi junjung hidup, bisa di pagar rumah dan bisa juga dipot bunga.

Diusianya tiga bulan pasca tanam di lapangan cabe jawa sudah mulai belajar berbuah dan berbuah tanpa kenal musim.

Kini, pangsa pasar Cabe Jawa masih sangat menjanjikan, Vietnam salah satu Negara tujuan ekspor.

Permintaan kebutuhan perbulannya 360 ton setara 10 kontainer, sedangkan Cabe Jawa kering dari Pulau Bangka Belitung baru bisa terkumpul 1 ton/bulan.

Selain budidaya Cabe Jawa, Asep Romli mengatakan komunitasnya juga membudidayakan Kapulaga jenis lokal.

Harga buah Kapulaga kering fluktuatif kisaran Rp 70.000 – Rp 300.000.

Untuk sekarang harga Kapulaga jenis lokal di tingkat petani R. 80.000.

“Kedepannya, Cabe Jawa dan Kapulaga merupakan tanaman utama yang diprioritaskan petani dan bukan lagi sebagai tanaman penghasilan tambahan,” tukas Asep Romli. (tras)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *