Catatan Wartawan Babel yang Sedang Isoter; Andaikan Duit Tunjangan Dewan untuk Bantu Atasi Covid..?

Botol motivasi untuk pasien isolasi terpadu di Puskesmas Girimaya. (ist)

Penulis: Fakhruddin Halim (Wartawan Babel)

TRASBERITA.COM — “Bapak tidurnya nyeyak ya tadi malam?” kata petugas perempuan sembari menyiapkan peralatan tensi dan saturasi, Jumat/20/8/2021, siang.

Bacaan Lainnya

Saya cuma menjawab singkat setengah ragu, “Iya,” sembari mengangguk.

Saya kira dia berhenti bertanya, tapi rupanya tidak. “Jadi bapak tidak tahu kalau tadi malam ada pasien yang dirujuk?” tanyanya memastikan.

Saya jadi penasaran, “Memang siapa yang dirujuk, mengapa, kemana dan jam berapa,” saya balik memberondongnya dengan pertanyaan.

Dia pun menjelaskan yang dirujuk adalah seorang lansia tetangga kamar saya. Sekitar pukul 23.00 WIB, dibawa ke Rumah Sakit Bhakti Wara, Pangkalpinang.

Sebab, sebelum dipakaikan selang oksigen saturasinya 85. Padahal lansia itu tidak merasa sesak nafas.

“Inilah yang kita takutkan, karena tidak ada gejala sesak nafas,” ujarnya.

Diketahui lansia itu memiliki riwayat komorbid. Sehingga pemeriksaannya lebih sering.

Saya membatin barangkali karena suara dengkur menembus dinding kamar bercat putih yang mulai terkelupas itu, perawat tadi semacam mengkonfirmasi saya benar-benar tertidur nyeyak.

Saat dicek saturasi saya menurun 96. Ambang normalnya adalah 95 -100. Saya merasakan nafas sesak. Dada seperti ditekan.

Begitu juga dengan anak kami. Selain saturasi yang turun, tensi darahnya pun terbilang rendah.

Perawat memberikan beberapa tip agar kami melakukan terapi mandiri di kamar untuk menaikkan saturasi.

Jika turun lagi dan napas makin sesak maka harus segera dipasang selang oksigen. Jika tidak, berbahaya dan bisa berakibat fatal.

Inilah salah satu pentingnya melakukan isolasi di lokasi isolasi terpadu (isoter). Petugas selalu siap kapanpun.

Begitu pula dengan peralatan pengecek tekanan darah dan saturasi.

Atau paling tidak jika harus isolasi mandiri (isoman) harus menyiapkan sendiri peralatan tersebut.

Cara kerja peralatan pengecek tekanan darah dan saturasi sukup simpel. Peralatan itupun sangat mudah dioperasionalkan. Serba otomatis.

Alat pengukur kadar oksigen (SpO2) dan detak jantung (heart rate) dalam darah namanya Oximeter.

Bisa digunakan untuk semua usia. Cara penggunaan sangat mudah.

Salah satu jari telunjuk dijepit dengan fingertip oximeter ini yang terdapat sensor infra-red untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah sekaligus pengukur detak jantung pasien yang dapat dilihat pada layar LED Oksigen darah SPO2 : 95-100% adalah normal. Bila SPO2 dibawah 90% oksigen darah dibawah normal, sebaiknya dilakukan terapi oksigen.

Begitu pula dengan alat pengukur tekanan darah, berupa alat digital juga. Bedanya bukan dijepitkan di jari telunjuk, tapi disarungkan ke salah satu lengan.

Alat akan memompa secara otomatis setelah tombol dipencet. Lalu pada layar digital akan muncul angka tekanan darah, contohnya punya saya 120/80.

Peralatan ini penting untuk dimiliki karena kondisi kurangnya oksigen dalam tubuh umumnya tidak menimbulkan gejala.

Padahal, kondisi tersebut sangat berbahaya dan mengancam nyawa bila tidak segera ditangani.

Oleh karena itu, penting untuk selalu memantau kadar oksigen dalam tubuh.

Membangun Kesadaran

Wabah Covid-19 belum bisa dipastikan kapan berakhir. Bertanya kapan selesai, sama halnya seperti kata pepatah lama, “Seperti mencari ketiak ular”.

Oleh karenanya lebih baik kesadaran itu terus dibangun bukan hanya dengan kata-kata.

Bukan hanya dengan khotbah-khotbah usang yang menjemukan.

Tapi dalam tindakan nyata yang diwujudkan dalam bentuk kesadaran bersama, pengorbanan semua pihak.

Perlawanan terhadap Covid-19 adalah perang semesta. Perang yang direncanakan dengan baik, terukur untuk menang.

Hingga kini kita masih bertanya-tanya seperti apa politik anggaran APBD Provinsi, Kabupaten/Kota.

Apa yang ada dalam benak para pemegang otoritas ketika menyusun anggaran yang sudah mereka ketok itu.

Sebab, ketika penyusunannya pun perdebatan publik nyaris tidak ada, paling tidak samar terdengar.

Sebagai contoh, gaduhnya ketika sudah diketok.

Tunjangan perumahan dan transportasi bagi 45 Anggota DPRD Provinsi Kepualauan Bangka Belitung.

Kita hitung rata mengambil ukuran besaran anggota saja.

Sebab, untuk Ketua dan Wakil ketua nilainya lebih besar.

Tunjangan: perumahan Rp 23.529.412/bulan ditambah tunjangan transportasi Rp 21.452.941.

Maka setiap anggota DPRD Babel dapat sebesar = Rp 44.982.353/bulan. Kalikan 45 orang = Rp 2.024.205.885,-

Lalu, kalikan 12 bulan = Rp 24.290.470.620/tahun.

Tapi, nasi sudah jadi bubur. Apa boleh dikata, sudah diputuskan.

Padahal, saya coba cek di penjualan online harga alat saturasi rata-rata berkisar Rp 150.000/buah.

Sedangkat pengukur tensi darah berkisar Rp 550.000/buah. Bahkan ada yang lebih murah.

Untuk membeli kedua alat (paket) tersebut, cuma butuh uang Rp 700.000,-.

Andaikan saja uang tunjangan setahun itu sebesar Rp 24.290.470.620 dibelikan semua kedua alat tersebut maka akan dapat 34.700 paket. Lalu dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Bagaimana dengan DPRD Kabupaten/Kota?Dana lainnya yang pasti bisa dihemat dalam rangka perang melawan Covid-19?

Ada banyak hal yang masih harus diatasi secara serius. Bagaimana dengan sekolah swasta yang kini makin terpuruk.

Untuk menggaji guru saja semakin kesulitan. Sebab, tidak sedikit orangtua semakin berat membayar iuran sekolah akibat ekonomi kian terpuruk.

Padahal iuran sekolah setiap bulan itulah andalan utama sekolah swasta mulai dari tingkat PAUD hingga Tingkat SMA.

Ini Cara Kami

Pagi ini seorang kawan berakhir masa isolasinya. Dia tidak sempat berpamitan.

Seorang petugas mengatakan tadi diaenitipkan sejumlah botol besar air mineral.

Botol itu disusun berjejer rapi di lantai ruangan dimana dispenser lengkap dengan galon terisi, menyala.

Cukup banyak. Saya mengambil empat botol. Setiap botol ditempeli kertas bertuliskan:

“Hello…
Stay safe, stay happy…
Senyum terus ya…..semangat
Jangan lupa minum air putih.”
Ada pula yang bertuliskan:
“Hello..Ayo semangat, cepet sembuh. Jangan lupa minum air putih ya.”

Petang ini Kadiskominfo Kota Pangkalpinang, Sarbini menyempatkan mampir ke lokasi isoter.

Sebuah bungkusan berisi susu, roti dan vitamin diserahkan dan saya minta petugas menerimanya agar tidak kontak langsung dengan saya.

Dia memberi semangat agar segera pulih. Tentu hal ini sangat penting.

Dikunjungi itu dapat menimbulkan kebahagiaan. Nah kata seorang kawan 50 persen sistim imun itu pengaruh dari kebahagiaan.

Sebelumnya, seorang kawan wartawan Oby menelepon akan mengirimkan paket makanan.

Menjelang magrib paket itu datang, cukup banyak macamnya.

Habis Magrib, kawan lainnya Revi Setiawan mengantarkan air mineral dan kacamata anak saya yang sebelumnya sudah dipesan belum sempat saya ambil di Akur Optic.

Saya semakin merasa seperti biasa saja. Di samping kiri luar halaman isoter di tepi jalan persis menempel di tembok kantor KNPI, setiap pagi hingga petang berjejer gerobak penjual aneka makanan.

Di pinggir jalan depan isoter, jika malam berjejer pula para pedagang makanan dan minuman.

Terkadang aroma daging sate yang dibakar masuk juga ke kamar ditiup angin.

Hanya saja, kami tidak boleh membeli langsung, tidak boleh melewati police line.

Jika ada kebutuhan dititipkan ke petugas. Uangnya pun diletakkan di atas kursi, nanti setelah disemprot maka diambil petugas dengan tangan berbalut sarung.

Begitulah, semua harus menjaga jarak, meski kita bisa menjangkaunya. (*/tras)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *