Penulis: Trimulyani
Guru SMKN 1 Simpangkatis
OPINI, TRASBERITA.COM — Akhir tahun 2019 lalu, tepatnya di kota Wuhan (salah satu kota di Negeri Tiongkok), menjadi awal berita buruk menyebar ke seluruh dunia, tak terkecuali negeri tercinta ini Indonesia.
Kabar buruk dari kota Wuhan ini adalah kemunculan virus corona atau yang lebih populer dikenal sebagai Covid-19.
Kecepatan penyebarannya yang lebih cepat dari wabah-wabah sebelumnya, secara singkat telah merebak hingga ke kawasan Asia seperti Asia Tenggara hingga ke seluruh penjuru dunia.
Tak luput negeri yang kita cintai Indonesia juga dikunjungi virus yang berbentuk bunga ini diawal tahun 2020.
Padahal kebijakan pemerintah Republik Indonesia cukup reaktif dan terkontrol demi mencegah masuknya kunjungan Covid-19 ketanah air.
Kebijakan yang dimaksud berupa pemeriksaan yang ketat di tempat-tempat vital masuknya manusia dan komoditas ke dalam negeri, seperti bandar udara internasional dan pelabuhan internasional.
Berlanjut hingga pembatasan aktivitas warga negara terutama di daerah-daerah yang padat aktivitas manusia.
Kebijakan yang sigap juga hadir didunia pendidikan, pembatasan kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka menuju kegiatan belajar-mengajar secara daring atau Belajar Dari Rumah (BDR).
Melalui peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi sejak tanggal Tujuh Agustus tahun 2020.
Dalam peraturan tersebut pemerintah melalui Kemendikbud-Dikti memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Selain itu pertimbangan kebijakan ini didasari atas tumbuh-kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama Pandemi Covid-19.
Terdapat banyak hal yang menjadi perhatian bersama, bukan hanya eksponen yang ada disekolah, juga menjadi perhatian bagi keluarga peserta didik. Bagi sebagian orang, perubahan media belajar-mengajar cukup mengagetkan.
Kegiatan belajar-mengajar secara daring dapat dikatakan perdana, masih sangat tabu terutama didaerah-daerah yang jauh dari ibukota.
Jika dilihat dari sisi yang lain, kegiatan secara daring sebagai bentuk pemanfaatan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.
Pada sudut pandang ini terdapat kemajuan dalam dunia pendidikan, pemanfaatan perkembangan teknologi informasi massif dilakukan didunia pendidikan.
Namun, menjadi tantangan bagi pendidik dan tenaga kependidikan serta orang tua peserta didik (siswa).
Pendidik akan mengalami kesulitan dalam mengelola pembelajaran jarak jauh dan masih fokus dalam penuntasan kurikulum.
Bagi orang tua siswa juga akan mengalami kesulitan mendampingi anak-anak belajar dari rumah dengan faktor yang beraneka-ragam.
Seperti keterbatasan orang tua dalam mendampingi siswa menerima pengetahuan-pengetahuan baru dari perkembangan keilmuan.
Kesulitan lain juga hadir dari para orang tua yang memiliki keterbatasan waktu, diera saat ini bukan hanya sang ayah yang bekerja, mayoritas ibu juga bekerja atau berwirausaha.
Tantangan ini juga hadir dari peserta didik yang akan mengalami kesulitan berkonsentrasi belajar dari rumah serta meningkatnya rasa jenuh yang berpotensi menimbulkan gangguan pada penerimaan pembelajaran.
Tantangan yang dirasakan bersama pada dasarnya bukan menjadi momok besar bagi dunia pendidikan ketika semua pihak berusaha mengupayakan yang terbaik.
Selain itu, ada rasa senasib-sepenanggungan untuk ikut serta bekerja-sama mensukseskan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagimana amanat yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Selain itu, rasa senasib-sepenanggungan juga menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia dalam konsep Gotong-Royong.
Peran Orang Tua sangat dibutuhkan, bukan hanya sekedar mendampingi peserta didik.
Pada diri Orang Tua terdapat kekuatan bagi anak-anaknya agar termotivasi, semangat dan haus akan ilmu pengetahuan.
Esensinya, kapasitas anak harus melampaui kapasitas orang tuanya dikemudian hari dari segala hal terutama ilmu pengetahuan.
Inilah yang menjadi dasar pembangunan manusia dari generasi ke-generasi agar mampu menjadi bagian dari perubahan dan perkembangan peradaban yang semakin cepat dengan segala kompleksitasnya.
Anak merupakan harapan sekaligus kelak akan menjadi kebanggaan orang tua, mendukung serta menguatkan anak (siswa) menjadi upaya bersama.
Saat anak berstatus menjadi siswa merupakan fase pembentukan karakter dan pembekalan ilmu pengetahuan.
Semangat orang tua adalah semangat anak, semangat anak juga semangat orang tua, semangat keduanya adalah semangat terpenting bagi dunia pendidikan saat ini. (*/tras)