Laporan : Lia
PANGKALPINANG, TRASBERITA.COM – Dekan Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi (FPPB) Universitas Bangka Belitung (UBB), Riwan Kusmiadi menilai bahwa semua pihak harus bergotong royong dalam percepatan pencapaian zero stunting sampai akhir 2024.
Hal ini juga berlaku khususnya di seluruh wilayah Provinsi Bangka Belitung. FPPB UBB tentunya juga ikut mengerakkan diri melalui bidang pendidikan.Yakni merubah mindst atau sudut pandang tentang pentingnya upaya pencegahan dan pengentasan stunting sejak dini.
Target utama edukasi ini adalah di kalangan mahasiswa dan dosen agar dapat memahami pencegahan resiko stunting yang diawali dengan persiapan sejak pra pernikahan.Untuk itu alangkah bijak bagi calon pengantin ataupun keluarganya untuk mengetahui tentang dampak stunting.
Jika pemahaman ini kurang baik, maka dikhawatirkan saat sudah menjalani masa pernikahan terlebih sudah dalam tahap masa kehamilan bahkan memiliki anak, akan berpengaruh atau bermasalah dalam pola asuh maupun menjaga pola makan sang anak di usia dini sesuai masa tumbuh kembangnya.
Dosen yang sehari-hari juga mengasuh mata kuliah tentang pangan dan gizi ini, juga mengaku sering menyampaikan kepada mahasiswa dan rekanya, bahwa pra pernikahan ini penting untuk dipersiapkan dengan baik termasuk kesehatan pasangan pengantin secara fisik maupun rohani, agar ke depan anak keturunannya tidak sampai mengalami stunting. Sehingga penekanan disini juga adalah pencegahan stunting juga dimulai dari kesehatan orang tuanya.
Apalagi nanti ketika bayi harus mendapatkan asi eksklusif, tapi orang tuanya juga sibuk bekerja, padahal hak mendapatkan asi ini merupakan kunci utama dalam mendukung pertumbuhannya di 1000 hari pertama kehidupannya. Oleh karena itu di kampus kita juga ikut mendorong melalui berbagai kegiatan seperti olahraga hingga edukasi parenting tentang pangan dan gizi yang baik dari sumber makanan pokok termasuk ikanan-ikanan.
“Kami fokus menyiapkan sumberdaya manusia agar bisa mensupport untuk pencegahan stunting ini melalui peran di bidangnya masing-masing. Selain itu juga melalui tridarma perguruan tinggi dalam program pengabdian masyarakat yang juga ikut menyelipkan pesan sosialisasi terhadap pentingnya pencegahan stunting bahkan beberapa dosen kita juga ikut serta melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat,” jelasnya.
FPPB UBB juga mendorong di sektor pengembangan produk-produk pertanian dan perikanan, diversifikasi pangan dan pengolahan produk turunannya yang memenuhi standar mutu kesehatan. Perlu gotong royong, sama-sama mendampingi perubahan mindst masyarakat ke arah yang lebih positif bahwa pencegahan stunting sangat penting demi kelangsungan generasi bangsa yang produktif sehat dan cerdas dimasa mendatang.
“Dalam pengolahan sumber protein dari telur saja, kalau salah mengolahnya ya percuma juga, makanya pencegahan stunting ini tidak hanya soal cukup ketersediaan bahan pangan tapi juga perlu di dukung skill dalam mengolahnya sehingga dari satu makanan itu nutrisinya, vitamin atau mineral di dalamnya tetap terjaga secara maksimal.Jangan sampai usaha kita sudah bagus, produksi sudah siap, cadangan pangan cukup, tapi lupa tentang pentingnya edukasi masyarakat dalam mengolahnya,”terangnya.
Riwan menyebut semua perlu “direhab” dan harus berkelanjutan. Apalagi di era modern sekarang ini yang pengolahan pangan sangat rentan dijadikan ajang bisnis produk instan. Perlunya perhatian pemerintah dan staekholder terkait memberikan perlindungan, pengawasan lebih baik terhadap hak-hak kesehatan masyarakat.
“Tumbuhnya berbagai sumber penyakit seperti kanker, gula dan sebagainya tentunya juga tidak lepas dari sumber bahan pangan yang dikonsumsi, makanya aspek-aspek ini harus mendapat perhatian menyeluruh, kompak dalam meningkatkan kualitas sistem pangan di Indonesia khususnya di seluruh pelosok kabupaten/ kota di Babel,” harap Riwan. (tras)