Penulis: Suten Sumarten
Pemerhati Pendidikan PAUD
OPINI, TRASBERITA.COM — Pada tahun 2021 ini, peringatan Hari Guru Nasional mengangkat tema “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan.”
Dalam pidato Mendikbud Nadiem Makarim, mengulas mengenai duka guru yang melihat siswa-siswinya tertekan karena kurikulum yang disederhanakan untuk pembelajaran jarak jauh.
Berikut teks Pidato Mendikbud Hari Guru Nasional 2021:
“Ibu dan Bapak guru yang saya hormati dan banggakan. Tahun lalu adalah tahun yang penuh ujian.
Kita semua tersandung dengan adanya pandemi. Guru dari Sabang sampai Merauke terpukul secara ekonomi, terpukul secara kesehatan, dan terpukul secara batin.
Guru mau tidak mau mendatangi rumah-rumah pelajar untuk memastikan mereka tidak ketinggalan pelajaran.
Guru mau tidak mau mempelajari teknologi yang belum pernah mereka kenal.
Guru mau tidak mau menyederhanakan kurikulum untuk memastikan murid mereka tidak belajar di bawah tekanan.
Guru di seluruh Indonesia menangis melihat murid mereka semakin hari semakin bosan, kesepian, dan kehilangan disiplin.
Tidak hanya tekanan psikologis karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak guru mengalami tekanan ekonomi untuk memperjuangkan keluarga mereka agar bisa “makan”.
Sangat wajar jika dalam situasi ini banyak guru yang terdemotivasi. Tapi ternyata ada fenomena yang tidak terkira.
Saat saya menginap di rumah guru honorer di Lombok Tengah, saat saya menginap di rumah Guru Penggerak di Yogyakarta, saat saya menginap bersama santri di pesantren di Jawa Timur, saya sama sekali tidak mendengar kata “putus asa”.
Saat sarapan dengan mereka, saya mendengarkan terobosan-terobosan yang mereka inginkan di sekolah mereka.
Wajah mereka terlihat semangat membahas platform teknologi yang cocok dan tidak cocok untuk mereka.
Dengan penuh percaya diri, mereka memuji dan mengkritik kebijakan dengan hati nurani mereka.
Di situlah saya baru menyadari bahwa pandemi ini tidak memadamkan semangat para guru, tapi justru menyalakan obor perubahan.
Guru-guru se-Indonesia menginginkan perubahan, dan kami mendengar.
Guru se-Indonesia menginginkan kesempatan yang adil untuk mencapai kesejahteraan yang manusiawi.
Guru se-Indonesia menginginkan akses terhadap teknologi dan pelatihan yang relevan dan praktis.
Guru se-Indonesia menginginkan kurikulum yang sederhana dan bisa mengakomodasi kemampuan dan bakat setiap murid yang berbeda-beda.
Guru se-Indonesia menginginkan pemimpin-pemimpin sekolah mereka untuk berpihak kepada murid, bukan pada birokrasi.
Guru se-Indonesia ingin kemerdekaan untuk berinovasi tanpa dijajah oleh keseragaman.
Sejak pertama kali kami cetuskan, sekarang Merdeka Belajar sudah berubah dari sebuah kebijakan menjadi suatu gerakan.
Contohnya, penyederhanaan kurikulum sebagai salah satu kebijakan Merdeka Belajar berhasil melahirkan ribuan inovasi pembelajaran.
Gerakan ini makin kuat karena ujian yang kita hadapi bersama. Gerakan ini tidak bisa dibendung atau diputarbalikkan, karena gerakan ini hidup dalam setiap insan guru yang punya keberanian untuk melangkah ke depan menuju satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Karena itulah, saya tidak akan menyerah untuk memperjuangkan Merdeka Belajar, demi kehidupan dan masa depan guru se-Indonesia yang lebih baik.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua guru se-Nusantara atas pengorbanan dan ketangguhannya. Merdeka Belajar ini sekarang milik Anda”.
Begitulah pesan Mendikbud Ristek RI Nadiem Anwar Makarim dalam pidatonya pada hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia, (25/11/2021).
Pidato tersebut, pemberi semangat guru menjadi suluh peradaban Indonesia. Guru selalu bergerak dengan hati dalam mempulihkan pendidikan.
Guru telah mampu menciptakan atmosfir penggerak bagi siswa – siswa dan lingkungannya agar dapat kembangkan diri, refleksi pikiran merdeka, berbagi dan kolaborasi secara mandiri dengan lingkungan sekitar.
Guru memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik. Bergerak secara tulus ikhlas tanpa pamrih.
Mendidik dengan hati, memberi wejangan ilmu pengetahuan tanpa balasan dan membantu memulihkan pendidikan dengan caranya sendiri maupun upaya – upaya positif lainnya.
Berpihak kepada murid, sala satu cara memulihkan pendidikan bagi semua guru.
Guru sebagai penggerak menampilkan tutur kata yang sopan santun, refleksi, dan menyampaikan gagasan.
Rasa kasmaran pada pendidikan yang berpihak kepada murid sangat terasa.
Sehingga ketulusan, kejujuran dan keberanian tempatkan murid sebagai fokus utama paripurna adalah langkah tepat membangun sistem pendidikan yang baik.
Tekad untuk mengajak dan menggerakan sesama guru agar memiliki prinsip yang sama, pengarusutamaan murid dalam setiap keputusan sebagai pendidik.
“Ada nyala baru dalam jiwa mereka. Ada sebuah tujuan dan harapan baru. Memerdekakan murid dan rekan guru lainnya.”
Tentu jelas, strategi merencanakan, menjalankan, merefleksikan, mengevaluasi pembelajaran, kolaborasi, dan menggerakan seluruh potensi yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang tua untuk mengembangkan pendidikan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid.
Mengembangkan dan bergerak memimpin dengan hati merupakan upaya mewujudkan visi pendidika sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas disekitar sekolah.
Guru terus bergerak tanpa batas, diharapkan menjadi katalis perubahan pendidikan.
Tentu, strateginya harus dengan beberapa cara: pertama, menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya.
Kedua, menjadi pengajar praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.
Ketiga, mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah.
Keempat, membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk tingkatkan kualitas pembelajaran.
Kelima, Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah
Banyak guru telah bergerak dengan hati memulihkan pendidikan. Sala satunya, Siti Sulaeha, guru SDN 2 Simpang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut terpaksa harus mendatangi kandang domba yang ada disekitar halaman sekolah tempat Siti mengajar untuk mecari sinyal internet.
Kegiatan itu, dilakukan Siti setiap mengikuti Diklat Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang dilakukan secara online.
Menurut Siti, jaringan internet sulit didapat alias blank spoot dan hanya ada di titik-titik tertentu saja.
Salah satunya, sinyal internet yang relatif bagus ada disekitar kandang domba milik warga yang tak jauh dari sekolah tempatnya mengajar.
Sehingga dalam mengikuti pembalajaran bisa sedikit nyaman, Siti pun membawa bangku dan kursi dari sekolah kemudian ditaruh ditengah semak belukar di area kandang domba.
Tapi, jangan ditanya soal kenyamanan karena seenak-enaknya belajar ditengah semak belukar dekat kandang domba, tentu saja banyak hambatannya.
Selain sinyal internet yang terputus-putus, juga banyak nyamuk dan suara kambing yang mengganggu konsentrasi pendengaran.
Tapi saya menerima dengan ikhlas dengan keadaan seperti ini.
Motivasi guru secara umum, ingin melakukan perubahan baik dimulai dari diri, ruang kelas, rekan sejawat, dan sekolah yang utamakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Aktivitas guru, bukan dilakukan satu dua hari, atau satu dua bulam akan tetapi dilakukan selama puluhan tahun bergelut dengan situasi, lingkungan dan keadaan infrastruktur minim.
Namun, guru tetap menjadi pendidik terdepan dan bergerak secara tulus ikhlas.
Guru telah bergerak dalam kembangkan sekolah melalui berbagai program yang berpihak pada murid, diantaranya: pertama, menanamkan kebiasaan positif menjadi budaya positif di sekolah , seperti kegiatan shalat duha, kumandang dzikir; Kedua, gerakan Literasi Membaca dan Keterampilan Berbicara menggunakan Bahasa Indonesia; Ketiga, menjalin kerjasama dengan fihak terkait untuk kemajuan sekolah; Keempat, mewujudkan visi pendidikan sekolah.
Mudah – mudahan kinerja dan perjuangan guru menggerakan dan bergerak menuju Merdeka Belajar demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila diberi kelancaran.
Terima Guru. Salam Guru: Penggerak dan Bergerak untuk Indonesia Maju! (*/TRAS)