Jelang HUT ke 21 Ini, Bangka Belitung Sedang Nakal-Nakalnya, Belum Bisa Fokus

Narasumber Anggota DPRD Babel Nico Plamonia ST MM (kanan) bersama Dosen Sosiologi UBB Luna Febriani SSos MA (kiri), hadir dalam program acara Rukem (Ruang Kemudi) di Studio BN Radio, di Jalan Bukit Kuala Kelurahan Matras Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (13/11/2021). (ist)

Editor: Bangdoi Ahada

BANGKA, TRASBERITA.COM — Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tahun 2021 ini akan berusia 21 tahun.

Bacaan Lainnya

Hari ulang tahun Negeri Serumpun Sebalai ini jatuh pada 21 November 2021 nanti.

Entah kebetulan atau memang punya makna tersembunyi, tahun ini Provinsi Kepulauan Babel diwarnai oleh angka 2 dan 1.

Babel 21, apa kabar mu? Jika diibaratkan manusia, usia 21 ini sedang nakal-nakalnya.

Makna simbolik ini diucapkan Anggota DPRD Provinsi Kepulaun Bangka Belitung, Nico Plamonia ST MM, saat menjadi narasumber pada acara Rukem (Ruang Kemudi) di BN Radio, Sabtu (13/11/2021).

Bersama Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung (UBB) Luna Febriani SSos MSi, Politisi Partai Demokrat ini mengupas terkait usia Provinsi Kepulauan Babel yang tahun ini masuk usia 21.

“Ya itu, kalo kita ibaratkan seorang laki-laki, maka usia 21 ini sedang nakal-nakalnya. Semuanya ingin, semuanya suka. Tapi tak fokus,” ujar Nico, saat menjawab pertanyaan dari Host Rukem, Bangdoi Ahada.

Dijelaskan Nico, memasuki usia ke 21 ini, Babel belum memiliki lokomotif yang jelas, mau dibawa kemana perjuangan provinsi ini.

Karena lokomotifnya belum dipilih, maka ikutannya gerbong juga tidak jelas mau diisi apa.

“Semuanya serba-serbi. Banyak yang dilirik, banyak yang dikerjakan, tetapi belum ada yang betul-betul dipilih sebagai lokomotif utama untuk sama-sama dijadikan dasar membangun kesejahteraan masyarakat Babel,” ungkap Nico.

Nico mengibaratkan kebijakan dan program yang sekarang berjalan ini bagaikan sedang melaksanakan Nganggung.

Semua makanan beragam jenis diisi di dulang. Tetapi porsinya sedikit, meski semua ada. Karena itu tak heran, jika program atau kebijakan yang dibuat pemerintah daerah tak berdurasi lama.

Sempat viral sebentar, lalu hilang dari peredaran.

“Seperti kita nganggunglah, kan semua makanan ada di dalam dulang. Dan semuanya enak-enak. Karena tidak banyak dan tidak kontinyu, maka mudah saja menghasbisinya,” tukas Nico.

Acara Rukem atau Ruang Kemud di BN Radio ini digelar dalam suasana santai, mulai pukul 10.00 WIB.

Acara ini mengudara di frekuensi 90.5 FM, dari Ruang Studio BNRadio, di Jalan Bukit Kuala Kelurahan Matras Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka.

Tema yang diangkat dalam Rukem tanggal 13 November 2021 ini adalah Babel 21, Lah dimane..? Nek kemane..?

Meski belum ada program atau kebijakan yang fokus guna membingkai gerakan dan aktivitas seluruh komponen masyarakat Babel, namun banyak warga menilai saat ini masyarakat Babel sedang happy-happy nya (bahagiah). Nah.. loh?

“Jika dibilang happy, memang masyarakat Babel saat ini sedang happy,” ujar Luna Febriani SSos MA, Dosen Sosiologi UBB, yang merupakan narasumber juga pada acara Rukem BN Radio ini.

Dikatakan Luna, masyarakat Babel saat ini happy karena beberapa komoditi sedang naik daun harganya, seperti timah dan sawit.

Kebetulan dua jenis produk ini paling banyak digeluti oleh masyarakat Babel.

“Tetapi happy nya masyarakat saat ini karena tambang, justru saya lihat menyimpan persoalan sosial yang mungkin saja tidak kita sadari. Persoalan happy karena tambang yang sekarang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita, mengundang dampak sosial yang berbahaya jika kita tidak pandai mengatasinya,” ungkap Luna.

Memasuki usia yang ke 21 ini, kata Luna, Babel menghadapi persoalan masyarakat yang terintegrasi dengan sumber daya alam (SDA) timah.

Naiknya harga timah ini, ujar Luna, justru bisa menggerus kualitas sumber daya manusia (SDM) Bangka Belitung.

Selain itu, persolan happynya masyarakat saat ini, kata Luna, akan cenderung berkarakter pertambangan.

Konsekuensi yang dihadapi oleh masyarakat pertambangan itu merujuk pada tiga hal, yakni persoalan keadilan dan kesejahteraan yang tidak merata, persoalan lingkungan dan peningkatan kualitas SDM.

“Menjadi PR besar bagi kita saat ini. Apalagi sekarang pemerintah Indonesia melalui Bappenas sudah mencanangkan atau merealisasikan visi Indonesia Emas 2045. Menurut saya, tiga persoalan tadi akan mempengaruhi SDM Babel yang harus diantisipasi,” saran Luna.

Dengan harga pasir timah yang tinggi, kata Luna, maka banyak generasi sekolah akan memilih alternatif bekerja sebagai pilihan hidup mereka daripada melanjutkan sekolah.

Apalagi kondisi pandemi ini, telah menyebakan sebagian masarakat yang belum melek digitaliasi, akan sangat terbebani.

Ditambah jaringan internet yang belum memberikan rasa keadilan kepada masyarakat di desa-desa.

Karena itu, ucap Luna, Pemerintah Daerah harus lebih menghadirkan diri hingga ke tingkat desa sekalipun, agar persoalan sosial ini bisa diantisipasi.

“Jangan sampai Pemerintah justru terlena dengan melihat masyarakat yang sedang happy saat ini. Yang harus kita sinkronkan dengan pusat adalah daerah juga harus menyiapkan generasi Emas 2045,” tukas Luna.

Sama halnya dengan Luna, anggota dewan Dapil Pangkalpinang Nico Plamonia juga berharap Pemerintah Provinsi lebih fokus dalam menetapkan langkah kebijakan dan program serta rencana pembangunan Bangka Belitung.

Jangan ibaratkan air, yang mengalir saja mengikuti alur sungai.

Akibatnya hingga usia 21 tahun ini, belum ada satupun sektor atau produk yang bisa dijadikan lokomotif untuk menarik gerbong harapan dan cita-cita para pendiri provinsi dan masyarakat Babel secara luas.

“Selain fokus, agar provinsi kita ini bisa lebih cepat menggapai cita-citanya, perlu ada harmonisasi antara Pemimpin level provinsi dengan para pemimpin level kabupaten dan kota. Kita lihat di usia 21 ini juga masih ada disharmonisasi para pemimpin kita ini. Akibatnya kebijakan dan program provinsi tidak nyambung dengan kebijakan di tingkat dua,” ungkap Nico.

Menurut Nico, perlu ada pemahaman yang sama, bahwa Pemerintah Provinsi adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat. Ini artinya, pemerintah provinsi harus pandai menangkap program-program prioritas dari pusat.

Lalu, pemerintah provinsi pandai mengelaborasi dan mengkomunikasikan program prioritas ini ke pemkab dan pemkot.

Tujuannya tak lain, program dan kebijakan prioritas akan nyambung dari pusat hingga ketingkat kabupaten dan kota.

“Biar nyambung, termasuk anggaran dari pusat juga bisa nyambung dengan daerah. Jangan sampai prioritas pusat A, provinsi B dan kabupaten kota C. Ini artinya Jaka Sembung, gak nyambung. Nah persoalan kabupaten dan kota punya inovasi dan kreatifitas itu wajar dan memang juga dibutuhkan, agar setiap daerah tumbuh sesuai karakter daerah masing-masing,” jelas Nico.

Jika begitu, apakah pembangunan, kebijakan maupun hasil dari pembangunan di usia Babel yang ke 21 ini, sudah sesuai harapan dan cita-cita perjuangan pembentukan provinsi dan masyarakat Babel secara luas?

Dua tamu Rukem BN Radio, baik Nico Plamonia maupun Luna Febriani menjawab belum.

“Pemerintah kita belum fokus, istilah saya masih banyak kenek nya (keinginannya). Sedangkan pemerintah kabupaten dan kota terlalu kreatif, sehingga terkesan tidak mengikuti program dari provinsi. Kuncinya ayo fokus, dan tingkatkan harmonisasi level pimpinan daerah,” tukas Nico.

Sementara Luna menyoroti Pemerintah Daerah jangan terlena dengan adanya kesan bahwa sekarang ini ekonomi Babel sedang naik.

Pasalnya, kata Luna, naiknya perekonomian Babel ini, bukan hasil dari program dan rekayasa daerah, melainkan ketiban rezeki akibat rekayasa dunia.

“Pemerintah harus lebih hadir melihat secara cermat kondisi masyarakat Babel yang sebenarnya. Sehingga program dan kebijakan lebih menyentuh hingga akar rumput,” tandas Luna. (TRAS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *