Penulis : Laksamana M Yusuf
LUBUK BESAR, TRASBERITA.COM — Khawatir dan takut kehilangan pekerjaan.
Begitulah ungkapan sebagian warga Desa Batu Beriga Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Bangka Tengah.
Masyarakat diujung kabupaten Bangka Tengah ini mengaku jika ada aktivitas tambang di laut Beriga, mereka khawatir pekerjaan sebagai nelayan akan hilang.
Menjadi nelayan adalah pekerjaan yang sudah dilakoni sebagian besar masyarakat Batu Beriga dan sekitarnya, yang merupakan warisan turun temurun.
Meski akhir-akhir ini hasil tangkapan mereka di Laut Beriga terus mengalami penurunan, namun profesi nelayan tetaplah menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat.
Tidak seperti lima tahun lalu, dimana hasil tangkapan nelayan masih melimpah.
Beragam jenis ikan dan udang dengan mudah mereka dapatkan hanya di sekitar perairan Laut Beriga, yang tidak membutuhkan jarak yang jauh.
Tetapi berbeda dengan sekarang, untuk mendapatkan hasil yang besar dan jenis ikan yang bagus, maka mereka harus rela mengarahkan perahu lebih ke tengah lagi.
Itupun belum tentu menghasilkan tangkapan sesuai harapan.
Di tengah kondisi yang belum baik-baik tersebut, PT Timah Tbk menawarkan pemanfaatan laut Beriga, melalui aktivitas tambang jenis Ponton Isap Produksi (PIP).
Aktivitas PIP yang akan memanfaatkan ruang Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik PT Timah Tbk ini, akan dilakukan menggunakan program good mining practice.
Maksud Good Mining Practice ini adalah menjalankan operasional pertambangan dari tahap eksplorasi endapan deposit mineral yang dilakukan dengan studi kelayakan (feasibility study) dan berakhir pada tahap reklamasi dan revegetasi pasca tambang.
Good Mining Practice merupakan sistem pertambangan yang mengikuti dan menaati aturan serta terencana dengan baik.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 3 (3), Good Mining Practice meliputi 6 aspek, yaitu teknis pertambangan, konservasi mineral, K3 pertambangan, keselamatan operasi pertambangan, pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, reklamasi, dan pasaca tambang serta pascaoperasi.
Yang terakhir adalah pemanfaatan dan penerapan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan.
Jika aktivitas PIP ini terlaksana, tentunya PT Timah Tbk sudah menyiapkan beragam strategi dan kebijakan untuk membantu nelayan Batu Beriga menemuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Seperti diceritakan tiga orang emak-emak asal Desa Batu Beriga Wa, Su dan Wi kepada Trasberita.com, saat diwawancara pada Selasa (3/10/2023).
Sebagian warga ini mengatakan selama ini bantuan CSR dari PT Timah Tbk sudah mengalir ke desa mereka, diantaranya bantuan berupa sembako, bantuan biaya anak sekolah, rumah ibadah dan bantuan permodalan buka usaha.
Namun demikian, baik Wa, Su dan Wi mengatakan masih menolak rencana aktivitas tambang di Laut Beriga.
Alasannya, khawatir jika ada aktivitas tambang, akan mengganggu ekosistim Laut Beriga.
Dikatakan Su, penolakan ini dikarenakan sebagian warga yang berprofeai sebagai nelayan khawatir kehilangan mata pencaharian mereka .
“Begini Bang, memang sebagian waga di sini kan masih berprofesi sebagai nelayan. Mereka takut kalo ada tambang, mereka tidak bisa menangkap ikan lagi,” ujar Su.
Sebagian lagi, kata Su, masyarakat Beriga memiliki bagan di Laut Beriga.
Mereka khawatir dengan adanya aktivitas tambang, ikan-ikan yang selama ini masuk bagan akan lari ke tempat lain.
“Tetapi, tentui kami juga tidak bisa melupakan kebaikkan PT Timah yang selama ini telah menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Hanya saja kalo soal tambang ini, mungkin perlu dikomunikasikan yang lebih baik lagi, agar ada titik temu yang bisa diterima oleh semua pihak,” timpal Wa.
“Tentulah kami juga berterima kasih kepada PT Timah yang pernah menolong kami,” tukas Wi menambahkan penjelasan Wa.
PT Timah belum melakukan aktifitas penambangan di daerah mereka saja sudah sangat peduli apalagi sudah menambang.
Di tengah beragam pemahaman yang terjadi saat ini di Batu Beriga, baik Wa, su dan Wi mendoakan agar PT Timah bisa mendapatkan solusi yang terbaik, sehingga rencana PT Timah bisa berjalan lancar, dan keluhan serta kekhawatiran masyarakat juga bisa dicarikan solusinya.
“Kami juga mendoakan PT Timah Tbk lebih peduli lagi kepada masyarakat Bangka Belitung, khususnya masyarakat Desa Batu Beriga dan Dusun Tanjung Berikat Kabupaten Bangka Tengah ini,” harap Su.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Batu Beriga Kecamatan Lubuk Besar Gani mengatakan pihaknya berada di tengah-tengah masyarakat.
Gani mengaku menyerahkan keputusan kepada masyarakat, apakah menolak atau mendukung aktivitas tambang di Laut Beriga dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
“Saya netral. Biarlah warga saya yang menentukan menolak atau mendukung,” ujar Gani, saat dikonfirmasi Trasberita.com, di kediamannya Senin (2/10/2023). (tras)