Penulis: mangkulul
Editor: bangdoi
TRASBERITA.COM — Pada bagian pertama Legenda Batu Kepala, diceritakan bahwa tiba-tiba Sang Putri diraih dan ditarik oleh seseorang.
Sang Putri merasakan seakan-akan ia dipegang dan ditarik secara paksa dari tempat dimana ia mandi.
Sesaat kesadarannya hilang dan merasakan tubuhnya seperti melayang.
Dayang-dayang yang selalu menjaga dan mengawasi sang putri tidak tahu dan tiada sadar bahwa seseorang telah meraih dan mengambil putri dari hadapan mereka.
Sebagai seorang yang mempunyai kesaktian, apa yang dilakukan Cek Antak merupakan suatu hal yang lumrah.
Namun tidak bagi orang-orang awam yang tidak mengerti akan ilmu kesaktian.
Suatu gerakan yang sempurna dan tidak sedikitpun diketahui oleh dayang-dayang yang sedang mengelilingi sang putri.
Dengan gerakan yang sulit ditangkap mata, Cek Antak telah menculik dan membawa sang putri dari istana tanpa seorangpun tahu dan mampu mencegah.
Beberapa saat setelah kejadian, para dayang-dayang baru tersadar, terkejut dan panik ketika sang putri tidak tampak lagi dihadapan mereka.
Rasa cemas, khawatir dan takut menghinggapi perasaan para Dayang.
Selanjutnya mereka memanggil-manggi sang Putri sembari berteriak-teriak berharap sang putri mendengar dan menyahut panggilannya.
Bahkan beberapa diantara Dayang ada yang berteriak histeris.
Meskipun peristiwa itu baru beberapa saat, namun seluruh istana menjadi gempar.
Hal ini tiada lain karena kejadian yang begitu aneh serta sangat tiba-tiba.
Para Hulubalang sibuk mencari keberadaan sang putri yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Demikian juga pegawai istana. Semuanya dikerahkan untuk mencari keberadaan Sang Putri.
Segala pelosok penjuru istana tak luput dari pemeriksaan. Pencarian juga dilakukan di luar istana. Setiap sudut tak sedikitpun luput dari pemeriksaan.
Rakyat jelata yang mendengar raibnya sang putri juga heboh.
Mereka juga berusaha membantu dengan segala kemampuan mencari informasi tentang keberadaan Sang Putri.
Hingga petang menjelang, bahkan berganti malam, Sang Putri tetap tidak di temukan. Istanapun berduka, dan seluruh rakyat berurai air mata
Sementara itu, Sang Putri yang di culik dan dibawa jauh dari istana oleh Cek Antak, tak sadarkan diri.
Namun Sang Putri merasa seakan-akan Ia berada di alam lain. Dan di kedua tangannya kura-kura sahabatnya masih terpegang sangat erat.
Sedangkan Cek Antak tanpa kesulitan sedikitpun dengan leluasa dan dengan kemampuan yang ia miliki bisa melewati penjagaan ketat istana.
Tidak begitu lama ia sudah berada di luar istana dan bahkan segera membawa Sang Putri menuju ke tempat asalnya.
Ketika sang putri sadar, saat itu ia telah berada di tempat lain yang sangat asing.
Saat itu Sang Putri berada di bibir pantai.
Sang putri sangat terkejut, dan secara reflek kura-kura yang masih di pegangnya terlepas di pinggiran pantai dimana saat itu ia berada.
Konon, Pantai dimana kura-kura sang putri terlepas, yaitu di pantai Batu Bedaun Permis.
Menurut pendapat penulis, ada kaitannya dengan Pulau Batu Bedaun dan legenda terjadinya Tudung / Topi / Caping Akek Antak seta Bantal Guling Akek Antak).
Kura-kura yang terlepas dari tangan Sang Putri, segera pergi menuju ke lautan.
Selanjutnya Cek Antak meletakkan Sang Putri di atas Bebatuan yang berada di pinggiran pantai itu.
Agar tidak terguling dan posisi baring sang putri mantap, maka Cek Antak meletakkan dua batu yang mirip Bantal Guling (batu ini disebut dengan bantal guling Cek Antak dan terletak di pantai batu bedaun Permis).
Sambil melepas lelah dari perjalanan jauh yang melelahkan, Cek Antak beristirahat sejenak sembari menunggu sang Putri yang terlelap di alamnya.
Desiran Angin laut menjelang senja dan teduhnya cuaca saat itu memberikan suasana yang sangat sejuk.
Cek Antak melepaskan tudung / caping yang selalu ia gunakan dan meletakkannya di atas bebatuan granit di dekatnya (inilah asal muasal tudung Cek Antak yang keberadaannya tidak jauh dari bantal guling Cek Antak yang berada di pantai batu bedaun Permis).
Cek Antak sangat menikmati suasana sore yang sejuk itu. Setelah Sang Putri bangun dan tersadar… (bersambung)