Penulis: Sudarman | Editor: A Karim A
TRASBERITA.COM — Perkampungan gaib Rimba Bulin merupakan sebuah mitos masyarakat yang cukup masyhur di wilayah Kecamatan Kelapa. Khususnya di Desa Mancung, yang mana sedari dulu hingga sekarang masih menjadi balutan misteri yang belum bisa terpecahkan.
Masyarakat setempat menyakini, bahwa keberadaan perkampungan gaib Rimba Bulin tersebut memang benar adanya. Warga setempat mengatakan, secara administratif perkampungan gaib Rimba Bulin terletak di wilayah hutan-hutan Desa/Dusun di Kecamatan Kelapa, yang meliputi Desa Mancung, Desa Sinar Sari, Dusun Juruh Desa Dendang, dan Desa Air Bulin.
Keberadaan perkampungan gaib Rimba Bulin menurut mereka hanya orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural atau keilmuan secara batin yang mampu melihat seperti apa perkampungan gaib Rimba Bulin tersebut baik dari struktur bangunan maupun penduduk yang tinggal diperkampungan gaib tersebut.
Fakta Menarik tentang Perkampungan Rimba Bulin
Konon, orang-orang yang mampu melihat perkampungan Rimba Bulin dengan kasat mata, yakni mereka yang memiliki kemampuan supranatural. Adapun mereka yang diyakini tersebut salah satunya adalah Mang Maula (55), laki-laki yang berprofesi sebagai petani karet di desa Sinar Sari.
Mang Maula, dipercaya masyarakat sekitar menjadi salah satu orang yang beruntung yang dapat melihat dan bisa keluar-masuk perkampungan gaib tersebut dengan leluasa. Bahkan beliau diyakini telah memiliki istri dan anak dari perkampungan gaib Rimba Bulin.
Tidak ada yang tahu mengapa beliau bisa keluar-masuk perkampungan gaib, bahkan sampai memiliki istri dan anak di sana. Hal tersebut karena menurut penuturan warga sekitar beliau sama sekali tidak pernah belajar ilmu kebatinan.
Menurut Mang Maula, Perkampungan gaib Rimba Bulin ini bentuknya sangat mirip dengan peradaban manusia di dunia nyata, bahkan diklaim jauh lebih lebih maju peradaban dunia mereka dibanding dengan peradaban manusia. Perkampungan tersebut terlihat mirip seperti sebuah kerajaan dengan tata kota yang artistik, yang dipenuhi rumah-rumah megah dan gedung-gedung beringkat dengan bangunan istana dan masjidnya yang berlapiskan emas murni.
Sementara penduduk yang mendiami perkampungan tersebut menurutnya sangat elok dan rupawan. Beliau mengatakan penduduk laki-lakinya berparas tampan dan gagah serta penduduk perempuannya sangat cantik dan ayu dengan tutur bahasa mereka yang lemah lembut dan mereka sangat ramah.
Sedangkan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari mirip dengan bahasa lokal Desa Mancung dan Desa Sinar sari. Kehidupan mereka di sana layaknya manusia pada umumnya. Mereka juga melakukan pekerjaan yang sama seperti manusia, misalnya bertani, sekolah, beribadah dan lain sebagainya. Hampir tidak ada perbedaannya sama sekali menurut Mang Maula.
Misteri Hilangnya Perkampungan Rimba Bulin
Ada hal lain yang menarik dari perkampungan gaib Rimba Bulin, salah satunya adalah cerita asal muasal keberadaan perkampungan gaib tersebut. Masyarakat meyakini perkampungan gaib “Rimba Bulin” telah ada sejak lama, namun keberadaan kampung tersebut secara tiba-tiba hilang berserta dengan penduduknya.
Dari cerita Bapak Sapuani (87), selaku narasumber mengatakan bahwa ada asal mula kampung tersebut hilang atau tidak bisa dilihat manusia berawal dari penaklukan wilayah-wilayah di Pulau Bangka oleh kawanan bajak laut yang disebut “Lanon”.
Lanon merupakan para pelaut yang dipercaya berasal dari wilayah tenggara pulau Sulawesi yang berkerjasama dengan kaum penjajah Belanda yang dikenal suka menjarah hasil bumi masyarakat Bangka.
Hampir setiap hasil bumi penduduk kampung yang ada di Pulau Bangka habis dijarah secara paksa oleh kawanan Lanon. Kawanan Lanon tersebut memang dikenal oleh masyarakat Pulau Bangka sebagai kawanan bengis dan kejam serta bar-bar.
Mendengar kawanan Lanon yang bengis itu semakin hari semakin banyak menjarah hasil bumi dari tiap kampung-kampung. Sehingga, membuat para penduduk kampung Rimba Bulin menjadi khawatir jikalau perkampungan mereka juga dijarah oleh kawanan Lanon.
Sedangkan para sesepuh yang merupakan bagian dari pimpinan kampung Rimba Bulin tidak tinggal diam, mereka (para sesepuh kampung Rimba Bulin) pun, mulai bermusyawarah bersama seluruh penduduknya mengenai bagaimana cara melindungi kampung Rimba Bulin dari penjarahan kawanan Lanon.
Awalnya, ada dari mereka ingin melakukan perlawanan langsung jika kawanan Lanon tersebut dating. Namun usul tersebut ditolak dikarenakan kawanan Lanon tersebut berjumlah banyak dan mereka memiliki persenjataan yang mustahil bisa dilawan. Selain itu jika terjadi perlawanan pada kawanan Lanon dikhawatirkan banyak memakan korban dan penduduk kampung Rimba Bulin paling benci akan perperangan dan pertumpahan darah.
Adapula saran dari penduduk yang lain yaitu menyerah saja, namun usulan tersebut ditolak. Sebab, jika menyerah sama saja dengan bunuh diri, karena kawanan Lanon itu juga tetap menghabisi mereka semua.
Setelah melakukan musyarawarah terus menerus dan hampir putus asa, salah satu dari sesepuh tersebut memberikan saran yang baginya cukup ampuh untuk menghindari kawanan Lanon.
Cara tersebut yaitu dengan merubah perkampungan Rimba Bulin menjadi perkampungan yang secara kasat mata tidak bisa dilihat oleh indera pengelihatan manusia termasuk kawanan Lanon, baik itu perkampungannya maupun seluruh penduduk itu sendiri.
Usulan tersebut akhirnya diterima oleh sesepuh-sesepuh yang lainnya. Namun, yang menjadi titik permasalahannya adalah siapa yang mampu merubah perkampungan mereka ini supaya tidak bisa terlihat.
Kemudian salah satu dari sesepuh tersebut menawarkan diri dengan bantuan temannya untuk melakukannya, asal syaratnya para penduduk tersebut siap menerima resiko jika terjadi hal-hal yang tidak mereka inginkan kedepannya.
Akhirnya tanpa pikir panjang mengingat kawanan Lanon tersebut semakin mendekati permukiman mereka, maka segala resiko kedepannya pun diterima. Maka dilakukanlah ritual tersebut oleh salah satu sesepuh yang dibantu oleh temannya selama tiga hari tiga malam.
Kemudian tanpa mengalami banyak kendala, akhirnya kampung tesebut diselimuti tabir gaib yang mampu menutup pengelihatan kawanan Lanon baik dari perkampungannya maupun penduduk yang mendiaminya dan yang terlihat hanyalah hutan belantara yang luas.
Seiring berjalannya waktu kehidupan penduduk perkampungan Rimba Bulin berjalan normal seperti biasa. Mereka dapat beraktivitas dengan tenang tanpa diusik oleh kawanan Lanon.
Ketika kawanan-kawanan Lanon itu benar-benar telah pergi dari Pulau Bangka dan keadaan sudah dirasa kembali aman, akhirnya para penduduk tersebut mendatangi para sesepuh untuk meminta agar tabir gaib yang menyelimuti kampung Rimba Bulin dibuka kembali dan bisa kembali terlihat oleh orang lain seperti sediakala.
Namun sayangnya, sesepuh dan temannya yang dulu menutup tabir gaib tersebut ternyata telah meninggal dunia. Dan sayangnya lagi, tidak ada seorangpun yang memiliki atau mewarisi keilmuan batin mereka dalam hal membuat atau membuka tabir gaib sehingga tidak ada yang mampu membuka tabir gaib tersebut. Hal tersebutlah yang menyebabkan alasan mengapa perkampungan tersebut tidak bisa dilihat lagi oleh mata manusia kecuali yang memiliki ilmu kebatinan.
Seiring berkembangya zaman dan teknologi, eksistensi misteri perkampungan gaib Rimba Bulin masih terus ada sampai sekarang. Beragam pandangan dan pendapatpun muncul. Salah satunya dari Pak Nopri (54), seorang guru spiritual.
Beliau berpendapat, bahwa perkampungan gaib Rimba Bulin tersebut menurutnya merupakan sebuah kota kerajaan yang dibangun oleh bangsa gaib dari golongan jin-jin muslim sejak lama. Hal tersebut serupa dengan cerita kota gaib Saranjana di Batu Licin, Kalimantan Selatan atau cerita kota gaib Wentira (Ngata Uwentira) yang terdapat diantara Kota Palu dan Kabupaten Parigimoutong, Sulawesi Tengah.
Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, nyatanya cerita perkampungan gaib Rimba Bulin tetap menyimpan berbagai misteri yang unik di dalamnya dengan nuansa-nuasa yang khas ala kearifan lokal. (Tras – Sosial Budaya)
Penulis: Sudarman, Mahasiswa PGSD UNMUH BABEL