Pantau Wilayah Pesisir dan Laut Purba Indonesia, Profesor Undip dan Chiba University Jepang Kembangkan  Radar CP-SAR

Rekonstruksi Selat Muriaberdasarkan data Radar dan Satelit. (ist)

Penulis: Eddy Jajang

BANGKA, TRASBERITA.COM — Profesor Agus Hartoko  dari  Universitas Diponegoro (Undip)  bersama Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Guru Besar di Chiba University, Jepang,  sedang  mengembangkan aplikasi teknologi CP-SAR (Circular Polarization – Synthethic Apeture Radar).

Bacaan Lainnya

Teknologi radar baru ini memiliki banyak fungsi, di antaranya  nanti digunakan  untuk memantau dinamika wilayah pesisir (Coastal Geo-dynamic) dan deteksi laut purba (Paleoseaografi) di Indonesia.

Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip, melalui rilis yang dikirim hari  Senin (27/09/2021) petang, mengemukakan dirinya sudah 15 tahun menjalin kerjasama dengan Prof  Josaphat, guru besar tetap di Chiba University, Jepang.

Selain  digunakan untuk observasi bumi  dan  planet lain di tata surya seperti Mars, menurut Agus Hartoko,  CP-SAR juga digunakan untuk sistem pertahanan mobile monitoring.

Baik di darat, pergerakan kapal di laut atau pergerakan pesawat udara, baik pada siang  maupun pada  malam hari.

Pada diskusi dan webinar Program World Class Proffesor  Undip pada tanggal 14 – 16 September 2021 dengan topik  Aplication of Microwave Radar for Coastal Geo-Dynamic and Marine Palaentology dengan pembicara utama Prof Josaphat,  guru besar  Universitas Chiba ini mengemukakan  dirinya telah  mendesain dan membangun berbagai jenis radar, dan dipakai di berbagai negara.

“Teknologi radar yang dikembangkan adalah teknologi radar baru yang disebut Circular Polarization – Synthethic Apeture Radar, atau CP-SAR. Teknologi CP-SAR ini bisa menembus bangunan, dengan suatu pengaturan frekwensi tertentu maka akan dapat menembus vegetasi, pemukaan tanah atau bangunan sehingga dapat digunakan untuk anti-teror  atau contra terorism,” ujar Josaphat.

Profesor di  Center for Environmental Remote Sensing, Chiba University, Jepang,  dan Kepala Laboratorium Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory ini juga mengemukakan CP-SAR dapat digunakan untuk memantau gunung berapi, longsor, banjir dan sebagainya.

“Perangkat radar dengan beberapa ukuran yang berbeda dapat di pasangkan pada drone/UAV, pesawat udara,  dan bisa berupa radar yang  mengorbit bumi,” tukas Josaphat, akademisi asal Indonesia yang sejak S1 kuliah hingga mendapat gelar profesor di Jepang.

Karir akademis dan riset Josapat di bidang radar  diawali  sejak  S1  di Kanazawa University hingga  meraih gelar   PhD dari Chiba University pada tahun 2002 dengan tema Synthetic Aperture Radar (SAR).

Setelah lulus, Josapat  mengembangkan sistem radar dengan polarisasi sirkular untuk mengatasi kekurangan pada polarisasi horizontal dan vertical.

Josapat adalah perintis radar sirkular pertama di dunia dan pemegang patent untuk beberapa teknologi radar.

Prof Agus Hartoko mengemukakan,  FPIK Undip  telah menjalin kerjasama dengan Prof Josapat (Universitas Chiba) dalam bentuk  pengembangan aplikasi pemantauan gelombang laut, coastal geo-dynamic  seperti pergerakan tanah di pantai (land deformation, land subsidence), sedimentasi, erosi, pencemaran minyak di laut, dan akan dikembangkan khusus untuk pemantauan /tracking paus(Ceatacea) di Laut Sawu NTT.

“Sebagai dasar perecanaan wilayah dan desain infrastruktur pantai,  teknologi mutakhir  ini dikembangkan untuk mendeteksi dan rekonstruksi wilayah cekungan pantai, laut purba (paleo-osanografi) seperti di Sangiran, Grobokan, Selat Muria, Wamena Papua, pertemuan tiga  lempeng benua di Palu, situs Sriwijaya di Palembang, dan sebagainya,” ujar Agus Hartoko.

Teknologi yang dikembangkan bersama Prof Josapat lanjut Agus dapat  menjadi dasar desain pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan dan perkotaan. (TRAS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *