Laoran: mangkulul
BANGKATENGAH, TRASBERITA.COM — Di masa pandemi Covid-19, Perpustakaan mau tak mau harus menyesuaikan diri, bukan lagi hanya menjadi kumpulan tumpukan buku berdebu.
Perpustakaan kini telah bertransformasi berbasis inklusi sosial, agar masyarakat memperoleh akses pengetahuan, baik secara onsite maupun secara online melalui layanan internet. Hal ini guna mendorong inovasi dan kreativitas.
Founder Rumah Baca Ataplangit, Poni Auri mengatakan, perpustakaan menjadi tempat menggali berbagai keterampilan dalam menumbuhkan kecakapan kerja agar bisa memenuhi kebutuhan, baik itu pengetahuan maupun kesejahteraan masyarakat.
“Perpustakaan bisa digunakan sebagai kelas pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat, sehingga mampu mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal, agar masyarakat kita bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya,” ujar Poni, Sabtu (21/08/2021).
Poni menuturkan, masyarakat bisa memanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha, termasuk menciptakan peluang kerja, sehingga bisa meningkatkan pendapatan keluarga.
“Melalui pengembangan layanan literasi berbasis inklusi sosial diharapkan bisa meningkatkan kemampuan literasi masyarakat, agar kualitas hidup menjadi lebih baik. Jadi literasi memiliki kontribusi yang positif dalam rangka membantu menumbuhkan kreativitas, inovasi meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial yang sangat dibutuhkan pada era revolusi industri 4.0 saat ini,” jelasnya.
Ia berharap dengan adanya transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial menjadi wadah menemukan solusi dari permasalahan kehidupan dan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Masyarakat yang terus meningkatkan ilmu pengetahuan, nantinya berimplikasi kepada kesejahteraan.
Upaya ini sudah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI sejak 3 tahun yang silam tepatnya di tahun 2018 yang tersebar di 59 Kabupaten dan 21 Provinsi di Indonesia.
Langkah yang dlakukan ini sebagai upaya untuk membangun literasi masyarakat baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, sampai ke tingkat Desa melalui penciptaan kewirausahaan sederhana dalam rangka memberikan keterampilan kepada masyarakat lewat strategi program transformasi dapat dimanfaatkan secara optimal. Alhasil, perpustakaaan menjadi ruang berbagi pengalaman, belajar kontekstual sekaligus berlatih keterampilan.
Masyarakat yang berkegiatan di erpustakaan, lanjut Poni, mendapatkan pelatihan dan bimbingan, diantaranya kewirausahaan termasuk didalamnya meningkatkan peluang kerja, pendapatan melalui berbagai pelatihan dan sharing pengetahuan sehingga tercipta keluarga dan masyarakat yang sejahtera.
“Mari kita jadikan perpustakaan sebagai tempat untuk memacu kreativitas dan inovasi guna mengkapitalisasi budaya lokal, dengan mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal kita mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dalam meningkatkan kesejahteraan,” urainya.
Ia mencontohkan, di Perpustakaan Ataplangit Desa Air Mesu Timur Kecamatan Pangkalanbaru Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, belum lama ini telah dilaksanakan pelatihan pembuatan Bakery.
Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk transformasi perpustakaan yang berbasis inklusi sosial dalam pemberdayaan kaum wanita melalui pelatihan dan pendidikan keterampilan.
Mereka dikenalkan dengan teori, praktek, sekaligus teknologi selama pelatihan ini berlangsung, dengan harapan, para peserta mampu mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga dapat menjadi generasi yang berkualitas. (TRAS)