Pulau Lepar Pongok, Bikin Komunitas Touring Babel Lupa Waktu, Apalagi Lempah Mayongnya Itu..!

Belasan anggota Touring Babel mengggelar Touring Budaya ke Pulau Lepar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Sabtu (13/11/2021). (kulul/tras)

Penulis : Kulul Sari

BANGKASELATAN, TRASBERITA.COM — Usia boleh muda. Tetapi soal aktivitas jangan ditanyakan kepada komunitas Touring Babel.

Bacaan Lainnya

Belum genap satu tahun sejak dididirikan bulan Desember 2020 lalu, namun lebih dari 20 titik daerah sudah dijelajahi para anggota Touring Babel.

Ini berarti bahwa untuk setiap bulannya, para pencinta Touring Babel mampu menjelajahi dua titik daerah di Bangka Belitung.

“Sejak Desember 2020 lalu, sudah lebih dari 20 titik kunjungan yang ada di Pulau Bangka dan sekitarnya. Rencananya kedepan bakal touring ke Pulau Belitung dan sekitarnya. Dan kami akan terus melakukan berbagai kegiatan touring dengan semangat kebersamaan dan silaturahmi,” ungkap Ian Sancin, Budayawan Bangka Belitung, sekaligus pendiri Touring Babel, saat berbincang dengan media ini, Sabtu (13/11/2021).

Rasa lelah yang tampak di raut wajah anggota Touring Babel, tak menyurutkan untuk mereka tetap tersenyum.

Pasalnya, keindahan alam dan kekakayaan budaya setiap daerah yang dikunjungi, seketika mampu menghapus rasa lelah yang menggelayut selama perjalanan.

Seperti yang dilakukan para anggota Touring Babel pada Sabtu (13/11/2021).

Masih dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, sebanyak 18 anggota Touring Babel tampak tersenyum puas ketika kapal merapat di Dermaga Desa Penutuk Pulau Lepar, Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan.

“Lelah…? Tidak tuh.. Setiap kali sampai di tempat tujuan yang panorama indah dan belum pernah kita jumpai, justru semangat ini bangkit. Lelah sudah hilang seketika,” ujar Pak Ute, sapaan akrab Ian Sancin, sembari tersenyum melihat para anggota Touring Babel yang merenggangkan tubuh mereka.

Kali ini Touring Babel menjelajahi gugusan Pulau Lepar Pongok, dalam tajuk Touring Budaya Pulau Lepar.

“Touring kali ini sangat berkesan, menyenangkan, membahagiakan dan menyehatkan jiwa, karena perjalanan yang cukup jauh butuh fisik yang lumayan fit dikarenakan kita harus menyeberangi lautan. Ketika tiba disana sangat berkesan dengan lempah yang menggugah selera. Yang pasti perjalanan ini, selain refreshing juga dapat ilmu, karena bisa melihat benteng pertahanan terakhir Raden Keling. Minimal ada sejarah yang bisa kita ketahui,” ungkap Gebiana, salah satu anggota Touring Babel.

Dengan Navigator Ziqri Al Fadh, sedikitnya 18 orang dengan 10 kendaraan bermotor melaju ke salah satu pulau terbesar di gugusan kepulauan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

Mengunjungi alam, masyarakat dan tempat budaya di pulau ujung selatan Pulau Bangka, menambah rasa syukur kehadirat Allah SWT.

Pantai menjadi sasaran visual, sedangkan Benteng Raden Keling dan meriam bukit penyengat bakal menjadi pengetahuan sejarah bagi peserta tour.

Tak ketinggalan peserta touring juga bisa mencicipi kulinernya Lempah Kuning khas Bangka Selatan yang membuat selera makan harus ditahan, hemmmm.

“Alhamdulillah seperti yang sudah kita rencanakan jauh-jauh hari, sudah dalam hitungan bulan untuk trip menuju Pulau Lepar. Pertimbangan waktu dan jarak tempuh, jelas kita tidak ingin berimprovisasi untuk rute ini. Perjalanan aman-aman saja”, jelas Ziqri Al Fadh, Navigator Touring Babel.

Peserta Tour kali ini berasal dari beberapa penjuru Pulau Bangka, diantaranya dari Belinyu, Sungai Liat, Kota Kapur, Pangkalpinang, Koba dan Simpang Rimba.

Perjalanan kali ini memakai prinsip 3 x 4 (tiga kali empat) yang jumlahnya 12.

Angka itu menunjukan waktu tempuh ke sana, yakni 4 jam keberangkatan, 4 jam mengeksplore lokasi, dan 4 jam pulang kembali ke rumah.

Berangkat dari Pangkalpinang jam 06:00 WIB dengan perkiraan tiba pukul 10:00 WIB.

Lantas disambung 4 jam ke lokasi, setelah itu perkiraan jam 14:00 WIB bergerak kembali pulang.

Dengan patokan pola tersebut, tour berusaha mendisiplinkan waktu dengan secermat mungkin.

Namun, itu hanyalah sebuah rencana, dilapangan agak berbeda, ini karena perjalanannya memang cukup menyenangkan dan mengasyikkan.

Rute dari Pangkalpinang sepenuhnya melewati jalan utama ke arah selatan Pulau Bangka hingga Pelabuhan Sadai, beberapa titik menjadi tempat bertemunya rekan-rekan tour, terutama Simpang Perlang Koba dan Simpang Air Gegas ke arah Toboali.

Sedangkan rute di Pulau Lepar adalah jalan lokal ke lokasi wisata.

Sama seperti Touring Babel sebelumnya, touring kali ini juga dilakukan untuk mengenal keberagaman suku, bahasa, adat istiadat dan budaya secara mendalam, khususnya di Pulau Lepar dan Pongok

Keseruan menuju daerah kepulauan Lepar Pongok ini dimulai saat naik di atas kapal motor yang mengantarkan peserta tour ke seberang.

Diisi dengan 10 sepeda motor dengan penumpang 19 orang dengan sang nakhoda, awalnya cukup tenang, namun di tengah lautan, perahu motor yang kami tumpangi sedikit goyang karena gelombang yang berasal dari speedboat yang berseliweran.

Perjalanan menyeberangi Selat Lepar sekira 20an menit, peserta kemudian merapat dan tiba di dermaga dengan selamat.

Setelah berbincang sesaat, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tanjung Sangkar.

Tentu iring-iringan ini menjadi perhatian masyarakat setempat.

Jalan raya yang tidak begitu luas, ditambah kiri kanan jalan ditumbuhi kayu-kayu kecil yang menjuntai ke jalan raya, membuat peserta touring harus ekstra hati.

Memakan waktu belasan menit, akhirnya rombongan tiba di “Istana” Kepala Desa Tanjung Sangkar.

Di sini , peserta disambut suguhan Lempah Kuning khas Tanjung Sangkar, Ikan Mayong yang masih segar, hemmm.

Dua porsi terasa kurang, mau nambah rasa malu menyerang, nyam nyam.

Ba’da Zuhur, perjalanan dilanjutkan melihat lihat keindahan Pantai Tanjung Sangkar.

Pasirnya yang putih dan lautnya yang bening, menggoda hati ingin berenang, namun hanya bisa memuaskan diri dengan memandangi keindahan ciptaan Allah Yang Maha Kuasa itu, sembari memperhatikan pulau demi pulau yang seakan-akan ditata dengan seni maha tinggi.

Walau belum puas melihat keindahan yang menggoda mata tersebut, namun perjalanan harus dilanjutkan.

Kali ini peserta melewati Suku Sawang, yang rumahnya berjumlah tidak lebih 40 bubung rumah dan termasuk penduduk Tanjung Sangkar.

Sayangnya saat menyusuri pantai, kami tidak bisa melajukan motor, karena air laut beranjak pasang, dan kemudian rombongan berbalik arah menuju jalan semula.

Selanjutnya perjalanan menuju ke Desa Tanjung Labu dan langsung menuju pelabuhan.

Sama seperti di Pantai Tanjung Sangkar, pantainya yang bersih, pasirnya yang putih serta air lautnya yang bening, sehingga anggota touring bisa melihat ikan-ikan beratraksi menari-nari dalam kolam ciptaan Ilahi, sungguh mempesona.

Mengingat mataharipun beranjak senja, rombongan harus berpacu dengan waktu, dan perjalanan dilanjutkan di lokasi terakhir kunjungan, yakni Bukit Penyengat dan Makam Tanpa Nama.

Peserta touring hanya sesaat saja di bukit yang penuh misteri ini, selanjutnya rombongan tour menuju ke dermaga penyeberangan untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. (TRAS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *