Editor: bangdoi
PANGKALPINANG, TRASBERITA.COM — Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB) Dr Ibrahim mengajak empat mahasiswa UBB bertemu Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Abdul Fatah, di Kantor Pemprov Babel, Selasa (31/8/2021).
Seperti ditulis dalam akun facebook Ibrahim Bintang, disebutkan kedatangan Rektor UBB bersama empat mahasiswa UBB ini, sebagai sikap terkait mencuatnya informasi di media sosial yang mengkaitkan sikap beberapa mahasiswa UBB ketika bertemu Wagub Babel Abdul Fatah beberapa sebelumnya.
Sikap beberapa mahasiswa saat berdialog dengan Wagub Babel, dinilai para nitizen sudah keluar dari adab sopan santun masyarakat berbudaya Melayu.
Video pertemuan sejumlah mahasiswa bersama Wagub Babel ini sempat viral di meda sosial.
“Hari ini saya mengajak dan mendampingi pimpinan Ormawa dan beberapa mahasiswa yang viral diberitakan bersikap kurang tepat ketika bertemu Pak Wagub, Pak Fattah,” ujar Ibrahim dalam akun facebook milik pribadinya.
Dijelaskan Rektor termuda di Indonesia ini, bahwa pertemuan tersebut adalah itikad untuk mengoreksi yang tidak tepat dan memetik hikmah dari proses aktualisasi diri seorang anak muda yang sebetulnya aset kita ke depan.
Dikatakan Ibrahim, Wagub Babel adalah pimpinan daerah yang harus kita hormati dan selama ini juga selalu akomodatif serta terbuka terhadap mahasiswa dan kampus.
“Beliau adalah pimpinan kita, orangtua kita, dan panutan kita,” tukasnya.
Keliru tempat dan konteks, itulah alpanya anak-anak, ujar Ibrahim.
“Mereka tetaplah mahasiswa semester 3 dan 5 yang harus terus dibina, berproses menjadi lebih baik dan mawas diri. Kurang pantas akan kita pantaskan, koreksi, dan arahkan, khasnya kampus sebagai lembaga edukasi dengan prosesnya. Tapi bahwa mereka adalah nurani-nurani kecil yang terus bernyanyi untuk Indonesia Raya, ke depan akan tumbuh dan berkembang bersama seiring proses perbaikan dan transformasi diri,” tulis Ibrahim.
Kepada Wagub Babel Abdul Fattah, Rektor UBB ini mengucapkan terima kasih atas petuahnya, dan pintunya yang tetap terbuka untuk semua kalangan dan kepentingan.
“Anak-anak yang bermaaf pinta adalah pribadi yang sadar akan khilaf, kami mengawalnya sebagai orangtua yang ingin adab kesantunan menjadi penciri utama. Kami telah dan akan terus ajarkan bahwa adab adalah prinsip moral pertama, dan kampus adalah tempat berproses menjadi hebat, bukan arena penghakiman. Akan ada dan terus ada pembinaan untuk menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Untuk para handai taulan, Ibrahim mengaku mewakili para mahasiswa dan institusi (UBB red) menyampaikan maaf atas kegaduhan yang tercipta beberapa hari belakangan ini.
“Dan terima kasih atas atensinya semua, Insha Allah kita akan terus berproses menjadi lebih baik,” tutupnya.
Viralnya video mahasiswa UBB ini juga mendapat atensi dari mantan Kastrat BEM FH UBB, Primus Jodi Setiawan.
Berbeda dengan Rektor UBB Dr Ibrahim, Mantan Kastrat BEM FH UBB ini mengatakan, terkait video yang viral sejak kemarin di tengah masyarakat Bangka Belitung, mahasiswa diminta bijak menyampaikan pendapat.
“Jangan sampai pernyataan yang disampaikan menyinggung perasaan orang lain atau menjurus penghinaan,” ujar Primus.
Aksi mahasiswa itu pun menjadi perhatian publik karena dianggap tidak mencerminkan sikap kesopan santunan dan tanggungjawab sebagai Mahasiswa.
“Bahwa apa yang kita pikirkan sekalipun kita yakini itu benar, tetapi karena kita ada dalam lingkup masyarakat dan sebagai kaum terpelajar, ya harus bijak,” kata Primus Jodi Setiawan saat dikonfirmasi, Selasa (31/8/2021).
Aktivis Mahasiswa yang juga politisi muda ini menyebut tidak bijak jika setiap keyakinan dan perbedaan disampaikan dengan menyinggung perasaan orang lain.
Apalagi hal itu disampaikan atas nama kebebasan berekspresi.
Primus Jodi menjelaskan sebenarnya tidak ada larangan untuk menyatakan pendapat terhadap pemerintah. Tapi kedepankan moralitas harus lebih dikedepankan.
Ia menjelaskan tidak ada permasalahan dengan konten dan kritik, ruang dialog harus dibuka lebar.
“Berkaitan dengan kejadian ini, tentu kita sama-sama mendorong untuk mengutamakan dialog, supaya tidak ada terkesan membatasi hak-hak masyarakat khususnya kawan-kawan mahasiswa yang kemudian dicederai,” tukas Primus. (*/tras)