Editor: Bangdoi
PANGKALPINANG, TRASBERITA.COM — Nuklir adalah solusi dari energi ramah lingkungan yang berkelanjutan untuk mengejar Indonesia Sejahtera dan rendah karbon pada tahun 2050 mendatang.
Begitulah kata Ir Heddy Krishyana MSc selaku Manager Thorcon Power indonesia, usai menggelar diseminasi kajian akademik bertajuk ”Nuklir Sebagai Solusi Energi Ramah Lingkungan”, di Ruang Rapat Balai Besar Peradaban UBB, Senin (20/9/2021).
Heddy menegaskan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) ini merupakan energi terbarukan dimasa depan.
Sementara itu, Direktur Oprasional PT Thorcon Power Indonesia, Bob S Effendi menjelaskan bahwa terkait pendanaan pembangunan PLTT ini berasal dari pihak swasta.
“Kita akan membangun ini secara investasi swasta, dengan total invest senilai Rp 17 Triliun. Dana tersebut berasal dari konsorsium,” ujar Bob.
Bob juga menegaskan, melalui kajian akademik diharapkan dapat memperlihatkan fakta dan kebenaran bahwasanya nuklir merupakan energi yang ramah lingkungan, yang bisa menjadi solusi praktis perubahan iklim untuk masyarakat dan para stakeholder nuklir lainnya.
PT Thorcon Power Indonesia menggandeng UM Surabya dalam membuat kajian akademik terkait Thorium, yang akan menjadi bahan baku PLTT.
Kajian akademik yang disusun secara komfrehensif selama delapan bulan ini melibatkan akademisi dari berbagai bidang.
“Kami berharap UMS dapat secara terus menerus melakukan diseminasi kajian akademik kepada perguruan tinggi dan para akademisi, sehingga dapat menghentikan pro-kontra mengenai nuklir yang tidak pernah berujung selama lebih dari tiga dekade terkahir ini,” ujar Bob.
Melalui kajian ini, diharapkan bisa menjawab isu-isu terkait energi nuklir yang berasal dari informasi yang kurang tepat, sehingga menimbulkn mis-komunikasi, seperti isu kecelakaan, lingkungan hidup, limbah dan bahaya radiasi.
“Kajian ini menyimpulkan bahwa PLTN adalah pembangkit listrik yang ramah lingkungan, handal dan berkelanjutan. Nuklir sebagai energi baru dan terbarukan perlu menjadi pertimbangan serius oleh Pemerintah RI, sebagai pemenuhan janji Indonesia untuk mendapatkan lingkungan bebas emisi karbon,” ungkap Prof Sajidan.
Kajian ini juga turut direview oleh para pemangku kepentingan, akademisi dil uar UMS dan organisasi yang memberikan respon positif atas kajian akademik tersebut, salah satunya Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto.
“Bagi kami ini merupakan masukan dan juga referensi dan preferensi dalam mengambil kebijakan terhadap energi khususnya nuklir,” ujar Sugeng.
Ia menambahkan, semoga saja melalui kajian ini dapat menjelaskan berbagai isu negatif, sehingga pemanfaatan PLTN bersama dengan EBT lainnya bisa dibangun di Indonesia,” tukasnya. (TRAS)