Oleh : Ayu Lailatul Isti’anah
Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung
Angka partisipasi kasar (APK) adalah rasio antara jumlah peserta didik pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk di usia sekolah. APK yang rendah dapat mencerminkan rendahnya minat dan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan serta menunjukkan adanya suatu kendala aksesibilitas atau kualitas pendidikan nya.
Kepulauan Bangka Belitung, sebuah provinsi yang kaya akan keindahan alamnya. Tetapi di balik panorama eksotisnya terdapat realitas pahit dalam sistem pendidikannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa APK di Bangka Belitung tercatat sekitar 37,3% didominasi oleh lulusan sekolah yang hanya melanjutkan untuk mencari pekerjaan. Kemudian 18% pada tingkat SMA/SMK merasa bahwa pendidikan nya sudah cukup.
Sementara 17,3% memilih untuk menikah, 16,5% memilih untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dikarenakan tidak memiliki biaya, dan 10,7% alasan lainnya. Perspektif sosiologi membuka mata kita terhadap dinamika sosial yang merasuki pendidikan di wilayah ini, terutama rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK). Mari kita merenung bersama terkait problematika ini.
Pendidikan merupakan pilar utama pembangunan suatu daerah, namun realitas di Bangka Belitung menunjukkan bahwa masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Salah satu indikator utama yang mencerminkan tingkat keterlibatan masyarakat dalam dunia pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). Artikel ini akan membahas fenomena rendahnya APK di Bangka Belitung dengan menggunakan perspektif Sosiologi.
Mengapa Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan di Bangka Belitung rendah?