Rudyanto , S.Pd, Gr
Dari Marbot menjadi Tenaga Pendidik
Tak ada yang menyangka jika sosok sederhana dan rendah hati ini sekarang dikenal sebagai penulis artikel pendidikan tersohor.
Ratusan artikel tentang pendidikan yang ditulisnya menjadi ruang bacaan bagi publik.
Sosok sederhana itu adalah Rudiyanto. Putra pertama Bapak Mahfud dan Ibu Rodiyah. Warga Trans dari Desa Fajar Indah, Kecamatan Pulau Besar, Kabupaten Bangka Selatan kini dikenal publik sebagai kolumnis.
Orang tuanya bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Melewati masa kecil yang berliku adalah bagian dari kisah hidupnya yang membuatnya dapat hidup mandiri.
Dan siapa sangka, dibalik kesohoran namanya sebagai kolumnis di media massa, Rudyanto menyimpan kisah yang sangat inspiratif dengan menjadi marbot saat masa SMA dan kuliah.
Saat Rudiyanto memasuki jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Desa Payung adalah awal dirinya menjadi marbot.
Jarak antara kediamannya dengan SMA N 1 Payung kurang lebih adalah 1 jam, sehingga mengharuskannya untuk ngekos dan pulang ke rumahnya satu bulan sekali.
Setelah beberapa bulan tinggal di kosan, ia juga aktif memakmurkan Mushola. Hingga suatu hari pihak SMA menawarkan kepada dirinya untuk menjadi marbot Mushola SMA N 1 Payung.
Ia pun meminta izin kedua orang tua untuk menjadi seorang marbot dan orang tua pun menyerahkan keputusan sepenuhnya kepadanya.
Akhirnya dengan tekad yang kuat, yakni ingin meringankan beban kedua orang tua serta ingin mencari keberkahan dan ridho Allah SWT, ia pun menerima tawaran tersebut.
Hampir kurang lebih selama 3 tahun dilaluinya, yakni sekolah nyambi menjadi seorang marbot seperti membersihkan mushola, menyapu, mengepel dan bahkan bertanggung jawab dalam hal ibadah seperti menjadi muadzin, imam, mengajari mengaji anak-anak di lingkungan sekitar SMA dan lain sebagainya.
Selain itu sepulang sekolah SMA, ia juga bekerja seperti kerja bangunan, mengecat Gedung dan lain sebagainya. Semua itu dilakukannya untuk meringankan beban orang tuanya dan sekaligus mencari pengalaman hidup.
Setelah menyelesaikan bangku SMA, Rudiyanto lolos dan mendapatkan undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang jurusan Kimia murni.
Akan tetapi takdir berkata lain, yakni terdapat kesalahan pemberkasan pada saat proses verifikasi di kampus Universitas Sriwijaya (UNSRI) tersebut hingga dibatalkan oleh pihak kampus.
Rudiyanto tak putus asa dan memutuskan untuk mendaftarkan kuliah di kampus lain karena memang posisi saat itu sudah berada di kota Palembang.
Syukur Alhamdulillah ia lolos seleksi mandiri di kampus UIN Raden Fatah Palembang jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2015.
Beberapa bulan tinggal di asrama Ikatan Pelajar Mahasiswa (ISBA) Palembang, Rudiyanto mendapatkan tawaran dari sahabatnya untuk menjadi seorang marbot di Masjid Al-Munawwaroh Jl. Darmapala kota Palembang.
Dengan berbekal pengalaman menjadi marbot semasa SMA, ia pun langsung menerima tawaran tersebut.
Syukur Alhamdulillah semester pertama hingga semester kedua dapat dilaluinya dengan baik nyambi menjadi marbot Masjid. Nilai mata kuliah pun sangat memuaskan. Hingga akhirnya ia pun diusulkan untuk mendapatkan beasiswa hingga mendapatkan beasiswa tersebut sampai selesai kuliah.
Dengan takdir Allah SWT, ia dapat menyelesaikan perkuliahan dengan predikat pujian (cumlaude) serta dapat menyelesaikan perkuliahan dengan cepat yakni selama 3 tahun 8 bulan.
Ketika menjadi marbot di kota Palembang, beberapa Masjid dan Mushola yang pernah di embannya ialah masjid Al-Munawwaroh, Jl. Darmapala kota Palembang, Masjid Nurul Huda, Jl. Seroja kota Palembang serta Mushola SMA N unggulan 3 kota Palembang.
Selama kuliah di kota Palembang, ia juga nyambi bekerja seperti kerja bangunan, kerja perkebunan, kerja di fotocopy dan lain sebagainya.
Transportasi dari Bangka ke kota Palembang bahkan ia lalui dengan mengendarai sepeda motor setiap tahunnya. Semuanya ia lakukan juga karena ingin meringankan beban orang tua dan membiasakan diri untuk hidup mandiri.
Kini lelaki yang pernah mengemban amanah sebagai Marbot itu telah menjadi tenaga pendidik di SDN 9 Kecamatan Airgegas Bangka Selatan dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil ( PNS).
Dari Rudyanto, kita bisa mendapatkan kisah inspiratif dan sebuah bukti kerja keras akan berbuah manis.
Terima kasih untuk Pak Guru Rudyanto untuk kisahnya yang sangat inspiratif.
(Disarikan dari tulisan Rudyanto.
Inspirasi Ramadhan: 7 Tahun Menjadi Marbot Masjid Hingga Meraih Kesuksesan)