JAKARTA, TRASBERITA.COM — Total sebanyak 10.669 orang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bln Januari 2025 , PHK terjadi terhadap 1.065 orang karyawan PT. Bitratex Semarang.
Demikian Penyair Perempuan Indonesia Erndra Achaer menulis hari ini (Minggu pagi, 2 Maret 2025) di WA Group Ruang Sastrawan Indonesia.
Menurutnya, PHK terjadi per 26 Februari 2025. Rinciannya yakni;
PHK sebanyak 8.504 karyawan PT. Sritex Sukoharjo.
Lalu PHK sebanyak 956 karyawan PT. Primayuda Boyolali.
Selanjutnya PHK terhadap 40 karyawan PT. Sinar Panja Jaya Semarang.
Selain itu ada PHK sebanyak 104 karyawan di PT. Bitratex Semarang.
“Turut merasakan duka. Sebagai mantan pekerja pabrik, saya pernah ada di posisi itu. Mereka yang terkena PHK di masa sulit ini apalagi sudah ramadan sebentar lagi lebaran, semoga pesangon yang didapat cukup. Dan, dimudahkan segera menemukan kembali jalan rezekinya,” pungkasnya.
Tutup Awal Tahun 2025
Sejumlah pabrik di Indonesia terpaksa menghentikan operasionalnya atau tutup pada awal 2025 yang berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal seluruh karyawannya.
Pemicu tutupnya pabrik-pabrik ini akibat berbagai tantangan ekonomi, mulai dari penurunan permintaan pasar hingga meningkatnya biaya produksi.
Penutupan pabrik-pabrik ini memberikan dampak signifikan bagi ribuan pekerja yang kehilangan pekerjaan, memicu kekhawatiran terkait kondisi ketenagakerjaan di berbagai sektor industri.
Sebagian besar pabrik yang tutup berasal dari sektor manufaktur dan tekstil, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi di beberapa daerah.
Beberapa perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi beban operasional, sementara yang lainnya memilih untuk mengalihkan produksinya ke luar negeri.
PHK Pekerja Pers
“Betul sekali.Bersiap-siap tahun 2025 ini di Indonesia akan terjadi gelombang besar-besaran Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat krisis ekonomi berkepanjangan (dampak juga dari kasus korupsi-red) serta pemangkasan anggaran pemerintah (APBN) pada puncaknya akan menjadi Rp 750 triliun,” ujar Penyair yang juga Jurnalis Pulo Lasman Simanjuntak ketika memberikan komentarnya terhadap tulisan Erndra Achaer disampaikan di Jakarta, Senin siang (3/3/2025).
“Sebagai pekerja pers, pertama kali saya alami PHK bln Juni 1997, saat Harian Umum Sinar Pagi mengalami kebangkrutan, dan diambilalih manajemen Bakri Group.Namun, koran yang digawangi Penyair Adek Alwi gulung tikar 2023,” kata Pulo Lasman Simanjuntak yang sudah satu tahun ini sebagai Pemimpin Redaksi harianterbit.news.
Pahit-jadi akar kepahitan- ketika memasuki masa sulit tahun 1998 (pasca jatuhnya rezim pemerintahan Soeharto-ref) dan terjadi demo maupun kerusuhan dimana-mana yang menyebabkan terjadi krisis ekonomi jilid satu.
“Saya tetap bertahan jadi penyair dan wartawan.Maka, jadilah saya tulis puisi berjudul TRAUMATIK bln Juli 1997. Itulah buku antologi puisi saya yang pertama (penerbit CV.Gitakara) dengan editor Penyair Ayid Suyitno PS sekarang beliau sedang terbaring sakit di Jawa Tengah,” ucapnya.
Buku antologi puisi tunggal pertama Pulo Lasman Simanjuntak berjudul “Traumatik” ini telah dikoleksi dengan baik oleh Perpustakaan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin di Lantai 4 Gedung Panjang Ali Sadikin di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta serta Perpustakaan Nasional di Jln.Salemba Jakarta Pusat.
Serta telah menjadi koleksi salah satu perpustakaan terbesar di Melbourne, Australia.
“Walaupun terjadi gelombang PHK besar-besaran pada wartawan- yang bekerja di media cetak- akibat “serbuan” dahsyat media digital (online), saya tetap bertahan sebagai penyair dan wartawan sampai hari Minggu 2 Maret 2025 saat tulisan ini dibuat,” katanya lagi.
Apalagi sekarang ada lagi ‘ancaman’ media alternatif yakni media sosial yang sering bikin berita viral, serta teknologi kecerdasan buatan (AI).Sempurna sdh penderitaan akibat PHK ini.
Tercatat -sejak era tahun 2000-an- sejumlah media cetak ( koran, suratkabar mingguan dan majalah) yang telah gulung tikar alias bangkrut (tak terbit lagi) disertai dengan gelombang PHK besar-besaran kepada karyawan dan pekerjapers berturut-turut;
1.Sinar Pagi.
2.Berita Buana
3.Angkatan Bersenjata (AB)
4.Berita Yudha
5.Sinar Harapan (SH)
6.Suara Pembaharuan (SP)
7.Pelita (sekarang muncul jadi media online berbagai versi)
8.Suara Karya (sekarang muncul jadi media online berbagai versi)
9.Republika (jadi media online)
10.Sindo (jadi media online)
11. Koran Tempo (jadi media online)
12. Harian Ekonomi Neraca (jadi media online)
13. Harian Umum Mandala (Bandung)
14. Harian Umum Surabaya Post
15. Harian Umum Sentana
16. Suratkabar Mingguan Simponi
17. Suratkabar Mingguan Swadesi
18. Suratkabar Mingguan Inti Jaya
19. Majalah Gadis, Femina, Kartini, Sarinah, Dewi, Aneka Ria, Horison, dan sejumlah majalah cetak lainnya.
19. Akan banyak lagi menyusul media cetak yang tak terbit lagi alias gulung tikar dan bangkrut krn biaya produksi cetak yang sangat tinggi, termasuk media cetak diberbagai daerah di Indonesia.
“Hanya satu, menghadapi gelombang PHK-diikuti dengan krisis ekonomi keluarga- banyak BERDOA kepada Allah, dan IMAN terus berakar, bertumbuh, dan berbuah, akan semakin KUAT menghadapi berbagai pencobaan, penderitaan, kesakitan, kesengsaraan, pergumulan, dan pergulatan hidup.Amin,” kilah rohaniawan dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jakarta Timur ini.
“Tetaplah berkarya, menulis dan menulis khususnya karya puisi dan sajak. Sampai pintu ‘kasihan’ tertutup, dan kita semua akan turun ke dunia orang mati,” pungkasnya.
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
TRAUMATIK
stasiun radio kuusung
dari belakang punggung
unjuk gigi
hewan-hewan melata
matahari mengepulkan asap hitam
bencana berantai
tidurku meninju bulan
yang berdarah