Laporan : Ian Sancin
BELITONG, TRASBERITA.COM — Komunitas Touring Babel (KTB) melanjutkan menjejaki daratan Pulau Belitung pada 6-7 Juli 2022.
Sehari sebelumnya, pada 5 Juli 2022, para peserta KTB 2022 ini menempuh Pulau Mendanau seberang barat Pulau Belitong, guna bersilaturahmi dan juga mengeksplore budaya serta wisatanya, di tiga kampong di sana, yakni Petaling, Suak Gual, dan Selat Nasik.
Berkunjung ke daratan Pulau Belitung, ternyata sebagian anggota KTB belum pernah mendaki Bukit Batu Beginde, yang terletak di Kampong Padang Kandis Kecamatan Membalong.
Batu granite raksasa yang memiliki ketinggian 170 meter dari permukaan laut itu mampu menyihir para pendakinya.
Itu karena pesona panoramik laut bagian selatan Pulau Belitong terlihat indah dan spektakuler sehingga bagai menikmati “peta nyata alam yang terbuka”.
Untuk saat ini, menurut kawan KTB, batu raksasa dengan ketinggian yang fantastis itu hanya ada di Belitung.
Tentu dengan berkunjung ke situ akan membawa pengalaman yang saling berbeda satu sama lainnya.
Ada beberapa pengunjung ingin mengetahui sejauh apa tentang Bukit Batu Beginde seperti tertulis dalam novel sejarah “Arai” yang ditulis Ian Sancin.
Ada yang hanya ingin membuktikan kesanggupan mendaki ketinggian bukit tersebut yang dari permukaan mesti melewati hutan kecil yg banyak ditumbuhi pohon leban yang pucuknya terkenal dengan “teh pucuk leban”.
Ada juga ingin menguji imajinya tentang sesuatu yang secara spiritual ada kegaiban di sana.
Bahkan ada yang memercayai naik ke sana akan cepat berjodoh, seperti keterangan pemilik warung wisata Pantai Penyabong, kemudaratan tersebut asalkan tak berniat untuk beristri lebih dari satu tegasnya.
Hari berikutnya tanggal 7 Juli 2022, semangat terus menyala, kawanan pengendara motor KTB (Komunitas Touring Babel) menjejaki situs Kerajaan Balok Tebing Tinggi dan situs Kerajaan Balok Lama, keduanya di Kampong Balok.
Di situs Tebing Tinggi terdapat Makam Raja Balok Cakraningrat II Ki Agus Mending bertakhta 1661-1696 juga Cakraningrat ke IV Ki Agus Bustam 1700-1740.
Tak kalah menariknya ada makam Ki Agus Siasip seorang Penghulu Agama Islam di Belitung pada masa 1700an.
Sebenarnya bukan hanya sosok beliau sebagai “Penghulu’ di masa lalunya.
Namun ada pokok pohon Sisilan yang tumbuh di tengah makam beliau yang usianya lebih dari 2 abad.
Pohon tersebut hingga kini masih terjaga dengan baik. Situs makam ini terkenal dengan sebutan “keramat sisil”.
Selanjutnya KTB mengunjungi situs “Balok Lama”.
Di situ terdapat makam Raja Balok pertama bertakhta tahun 1618-1661 dengan gelar Cakraningrat I Ki Agus Gede Yakob alias Ki Maksud alias Gegedek (menjadi salah satu jalan utama di Kota Tanjungpandan) Situs Balok Lama selain ada makam raja, tentu saja tempat situs bekas kerajaan Balok itu sendiri.
Wilayah itu lokasinya kini sudah berusia lebih dari tiga abad, hutan yang lebat menjadi terlarang untuk dirusak karena menyimpan keragaman hayati yang masih ada di Pulau Belitung.
Selain situs tersebut, KTB juga mengunjungi situs pelabuhan lama di Teluk Balok di Kampong Dendang.
Sebuah pelabuhan tua legendaris dari masa kerajaan Balok terus ke masa Hindia Belanda, hingga masa kini.
Objek tersebut dijadikan sentra pusat wisata “sunset”. Dari situ melanjutkan wilayah Tanjong kelumpang salah satu bagian selatan Belitong.
Setelah mengunjungi Pantai Pulau Pandan yang merupakan titik Selatan Pulau Belitung, juga mengunjungi Pantai Lanun yang sekarang berubah nama menjadi Pengkalan Baun.
Akhirnya KTB berehat di Pantai Punai dengan menginap di “bungalow pantai” rumah penginapan bersih dan cantik yang diusahakan Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Belitung Timur.
Dari Pantai Punai dapat disaksikan sunset di balik Gunong Belitong yang berada di Tanjung Rusa Membalong.
Sunset ini mengantar rehat kita untuk trip esok hari ke wilayah Gantong dan Manggar. (tras)