UMUR

 

Oleh: Saidun Derani
OPINI, TRASBERITA.COM — Kaget bercampur gembira menerima kiriman Whatsapp kata-kata “barokallah fi Umrika” ucapan selamat ulang tahun konco Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Pangkal Pinang, Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, teman sekolah 51 tahun yang lalu, Tuan Guru Drs. Muslich HS.

Bacaan Lainnya

Kenapa kaget karena tanpa terasa usia itu bukan bertambah ternyata malah berkurang dan dirasakan gembira karena masih diberi kesempatan banyak mengingat kematian dengan memperbanyak amal kebajikan untuk alam semesta.

Demikinlah kira-kira yang berkecamuk dalam relung hati yang paling dalam.

Berkecamuk rasa hati ini sangat terkait dengan begitu banyak yang dilihat sehari-hari teman, keluarga, tetangga, sudah berpulang dipanggil Pemiliknya.

Satu-demi satu diminta atau tidak diminta pasti akan berpulang.

Lihat lah peringatan yang terdapat dalam Kitab Suci Umat Islam Alqur’an al-Karim (Al-“Ankabut (29): 57) Allah berfirman “Setiap yang bernyawa pasti meninggal kemudian kepada Kami (Allah) kalian kembali”. (Ali ‘Imaran (3): 185)

“Setiap yang bernyawa pasti mati dan sesungguhnya akan disempurnakan pahala di hari Akhir”. (Al Abiyaa (21): 35).

“Setiap yang bernyawa pasti berpulang. Kami akan menguji kalian dengan keburukan (negative) dan kebaikan (positif) sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami kalian dikembalikan”.

Dalam berbagai kesempatan baik obrolan ringan, tausiyah bersifat resmi (akbar) dan non-resmi dan acara “Tahlilan”, majelis taklim, komunitas periang arisan para Ulama dan pegiat keagamaan sudah mengingatkan masalah ini dengan beragam cara dan model.

Pada prinsipnya adalah harus bersiap menerima kedatangan kematian itu.

Persoalannya adalah sampai sekarang tidak ada seorang pun yang tahu kapan kedatangan kematian itu.

Dan di mana serta dalam keadaan apa lalu apa penyebabnya juga tidak ada yang tahu. Karena masalah ini memang rahasia PenciptaNya, Allah Swt.

Dalam konteks ini ditemukan di kehidupan sehari-hari ada sebagian anak muda manganggap bahwa kematian itu sebagai urut kacang.

Usia lanjut (Lansia) dulu yang dipanggil pulang ke Akhirat dan yang muda menyusul kemudian.

Mengapa timbul anggapan seperti itu diduga karena faktor ketidaktahuannya dalam hal ilmu-ilmu keagamaan dan kehidupannya lebih banyak kecendrungan menggeluti yang bersifat dunia (profan) sehingga masalah-masalah Akhirat (sakral) bisa jadi terabaikan.

Kematian tidak mengenal usia. Sifatnya random dan acak.

Ia datang ketika memang sudah waktunya dipanggil Allah dan tidak ada yang bisa memajukan dan tidak juga menundanya walaupun perdetik.

Sebab itulah Nabi Muhammad Saw mengingatkan umatnya untuk selalu mengingat mati.

“Sering-seringlah mengingatkan kematian karena dunia dapat melalaikan seorang hamba akan kematian” (HR. Baihaqi, Ibnu Hibban dan Bazzar dalam Shahih al-Jami’ no.1222).

Perjalanan manusia sebagai hamba Allah melalui empat tahap kehidupan. Alam rahim, alam dunia, alam kubur (Barzah) dan Alam Akhirat (Yaum al-Diin).

Dalam konteks inilah sebenarnya mengapa dalam sistem ajaran Islam bahwa setiap orang harus dibekali ilmu dunia dan ilmu Akhirat guna melalui tahap-tahap kehidupan itu dengan baik dan benar.

Masalahnya mengapa demikian karena harus menjawab tantangannya (challeng) tersebut.

Tidak ada kehidupan ini gratis tanpa dibekali ilmu pengetahuan karena memang Alam Semesta itu dibangun Allah dengan ilmuNya.

Sesuatu yang naif dalam menjalani kehidupan masih banyak ditemukan anak cucu Adam (Muslim) baik berumah tangga atau tidak berkeluarga tanpa dibekali dengan ilmu dunia dan ilmu Akhirat yang memadai.

Akhirnya menjadi beban masyarakat.

Bukankah Kitab Suci Alqur’an ketika Allah ingin menempatkan Adam sebagai Khalifah fil ardi (pengelola dunia) maka beliau dibekali dulu dengan ilmu dunia (diajarkan) dan ilmu Akhirat.

Dalam konteks inilah sebenarnya mengapa umat Islam diminta belajar sejak ayunan sampai ke liang kubur.

Lihatkan teguran Alqur’an kepada para pemeluknya supaya belajar, belajar, dan belajar dengan “alam takambang”, kata Pepatah Minang.

Dalam surat (Al Mujaadalah (58), :11) Allah berfirman “Allah mengangkat (derajat) di antara kalian yang beriman dan berilmu beberapa Tingkat”.

Clear makna firman Allah ini supaya pemeluknya untuk long life education, supaya menelaah secara mendalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Makanya banyak hadis menyebutkan bahwa Para Malaikat sangat senang melihat para Hamba Allah yang menekuni di majelis Taklim termasuk di dalamnya mendaras bidang saintis dan teknolgi.

Pada Fase Alam Rahim terjadi dialog yang intens antara Allah dengan HambaNya sebelum diterjunkan ke muka bumi.

Dalam Surat Al A’raf, ayat 172 Allah berfirman “Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka “Bukankah Aku ini Tuhanmu?

Mereka menjawab”Betul (Engkau Tuhan kami) dan kami bersaksi”.

MoU manusia dengan Penciptanya inilah ketika di dunia ada tuntutan untuk memenuhi dan melaksanakan janji tersebut.

Dalam “Tafsir Ibnu Katsir” dikatakan ayat di atas menegaskan bahwa Allah memfitrahkan manusia dan mentabiatkan mereka dalam keadaan seperti itu.

Dalam konteks ini Nabi bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Yang demikian itu sebagaimana seekor binatang dilahirkan dalam keadaan utuh, apakah kalian mendapatkannya dalam keadaan cacat” (Bukhari-Muslim).

Pada hadis lain dari Iyadh bin Himar dia berkata, Nabi bersabda “Allah berfirman”Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan para hambaKu dalam keadaan hanif (lurus). Maka datanglah para syaitan kepada mereka, menyimpangkan (menyesatkan) mereka dari agamanya dan mengharamkan bagi mereka apa-apa yang telah Aku halalkan bagi mereka” (Muslim).

Prof. Dadang Hawari dalam kitabnya “Alqur’an: Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa” terbitan tahun 1998, menyebutkan bahwa ketika cabang bayi dalam kandungan selama 9 bulan lebih sekian hari sangat dan wajib dijaga aspek biologis dan kejiwaan ibunya.

Mengapa harus dijaga karena masalah ini sangat berpengaruh terhadap aspek biologis dan kejiwaan cabang bayi (untuk masalah ini bisa dibahas pada kesempatan lain yang sifatnya lebih spesifik).

Apa yang disampaikan Ahli Psikiater Muslim di atas dampaknya memang penulis temukan di lapangan kalau dilanggar dan tidak ditaati secara baik dan benar aspek biologis dan psikis ibunya.

Coba lah survey ke berbagai Lembaga Pendidikan Anak yang bermasalah (SLB) dan tanyalah kepada guru perilaku murid-murid yang masuk katagori sangat “Susah diberi tahu”.

Dalam hubungan inilah Nabi Muhammad Saw sebagai rujukan utama kaum mukmin berislam memberi arahan ketika seorang ibu lagi mengandung sangat penting memperhatikan aspek pola hidup dan pola makan selain masalah psikis.

Jelaslah jangan memberi makan kepada ibu hamil makanan yang masuk katagori haram; haram cara mengambilnya/mendapatkannya dan haram pula zatnya.

Dalam dunia modern sekarang sudah banyak ahli gizi pola makan dan jenis makanan apa saja yang direkomendasikan kepada ibu-ibu yang sedang hamil untuk asupannya.

Dalam aspek psikis Nabi memberi petunjuk dengan bersabda “ajaklah ibu yg hamil melihat air yang mengalir, memandang warna yang menghijau dan seringlah didendangkan dengan membaca Alqur’an”.

Merokok dan asap rokok tidak direkomendasikan bagi ibu yang sedang mengandung bayi, selain mendapat kekerasan fisik dan psikis dari suaminya sangat dilarang keras (KDRT).

Semua yang penulis sampaikan di atas dalam sistem pendidikan Islam bahwa keluarga adalah masuk kelompok “Madrasah Ula” pendidikan pertama.

Di dunia pendidikan umum pendidikan bayi dalam kandungan disebut “Pendidikan Prenata”.

Demikianlah perhatian Islam terhadap pembinaan usia manusia pada Fase Pertama ini dikenal dengan Alam Rahim.

Dalam konteks inilah mengapa penulis katakana di atas bahwa cama-cami harus mempersiapkan diri dengan Ilmu-ilmu Dunia dan Ilmu-ilmu Akhirat.

Jangan asal ingin menikah akan tetapi ilmu “perenting keluarga” tidak dipersiapkan dengan baik dan benar.

Pertanyaannya adalah dalam hal ini siapa yang bertanggung jawab jika terjadi asal menikah saja. (Bersambung ke sesi kedua Fase Alam Dunia).

Kampus, 81223
Penulis adalah Dosen Pascasarjana UM-Surby dan UIN Syahid Jakarta selain pemerhati sosial-ekonomi keagamaan.

Pos terkait